
Drs. Jumarodin, MM, Ketua PINBAS MUI DIY –
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kita kesempatan untuk bertemu di majelis yang penuh berkah ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan ini, mari kita merenungkan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 183-187 yang menjelaskan tentang kewajiban puasa dan hikmah di baliknya. Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini menegaskan bahwa puasa adalah ibadah yang diwajibkan kepada umat Islam sebagaimana telah diwajibkan kepada umat-umat sebelumnya. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi memiliki tujuan mulia, yaitu agar kita menjadi orang yang bertakwa.
Pelajaran Penting dari Ayat 183 hingga 187 diantaranya adalah:
- Agar Kamu Bertakwa (Ayat 183)
- Puasa melatih kita menahan hawa nafsu, menjaga lisan, menahan amarah, serta memperbanyak amal kebaikan. Semua ini bertujuan agar kita menjadi insan yang lebih bertakwa, yaitu orang yang tahu diri, tahu batas, dan tahu pantas.
- Agar Kamu Mengetahui (Ayat 184)
- Dengan berpuasa, kita lebih memahami hakikat hidup, merasakan penderitaan orang yang kelaparan, dan menyadari pentingnya berbagi kepada sesama.
- Agar Kamu Bersyukur (Ayat 185)
- Puasa mengajarkan kita untuk mensyukuri nikmat makanan, minuman, kesehatan, dan waktu yang Allah berikan. Rasa syukur ini menjadikan kita pribadi yang lebih ikhlas dan rendah hati.
- Agar Kamu Berbuat Baik dan Benar (Ayat 186)
- Allah menegaskan bahwa Dia sangat dekat dengan hamba-Nya. Dengan memperbanyak doa dan introspeksi diri, kita akan terdorong untuk berbuat baik dan menjauhi keburukan.
- Agar Kamu Bertakwa dengan Makna yang Lebih Dalam (Ayat 187)
- Bertakwa tidak hanya soal ibadah ritual, tetapi juga mencakup kesadaran untuk tahu diri (kesadaran sebagai hamba Allah), tahu batas (menjaga diri dari hal yang haram), dan tahu pantas (menjalankan hidup dengan penuh etika dan tanggung jawab).
Hadirin yang berbahagia,
Dari ayat-ayat ini kita belajar bahwa puasa bukan hanya ritual fisik, tetapi memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Mari kita jadikan Ramadhan ini sebagai momentum untuk memperbaiki diri, memperbanyak amal saleh, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
Semoga kita termasuk golongan yang mendapatkan keberkahan dan rahmat dari-Nya di bulan yang mulia ini. Aamiin. Wallahu a’lam bishowab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh