
Rika Fatimah, ST, M.Sc., Ph.D, Dosen FEB UGM, Konseptor G2RT DIY dan Pembina PWMOI Kota Yogyakarta.
Yogyakarta, Mei 2025, pinbasmui.com — Sejak diluncurkan pada tahun 2018, Global Gotong Royong Tetrapreneur (G2RT) telah menjadi salah satu model unggulan pengembangan kewirausahaan desa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan bahkan mulai dikenal di kancah nasional. Digagas oleh Dr. Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D., dosen FEB UGM, G2RT hadir sebagai jawaban atas ketimpangan ekonomi desa-kota serta tantangan posisi tawar produk desa di pasar global.
Apa Itu G2RT?
G2RT adalah model pemberdayaan berbasis gotong royong strategis, yang mengintegrasikan empat elemen penting pengembangan kewirausahaan—disebut sebagai “tetra”:
- Supply Chain (Rantai Pasok):
Membangun sistem produksi dari hulu ke hilir yang menghubungkan petani, pengrajin, pengolah hingga distribusi. - Market (Pasar):
Menyediakan akses pasar baik komunitas lokal maupun regional dan global. - Quality (Kualitas):
Fokus pada penguatan kapasitas SDM, pelatihan, dan standarisasi mutu produk. - Brand (Merek):
Menciptakan identitas merek desa yang kuat dan bernilai budaya tinggi.
Sejarah dan Perkembangan G2RT (2018–2025)
- 2018–2020:
G2RT mulai diimplementasikan di desa percontohan seperti Wukirsari (Bantul) dan Girirejo (Gunungkidul), menghasilkan produk unggulan seperti “Wedang Uwuh Arum Sari” dan “Ceriping Pisang”. - 2021–2023:
Program ini diperluas ke berbagai desa lainnya di DIY dengan dukungan perguruan tinggi, komunitas, dan pemerintah daerah. G2RT juga menjadi model resmi dalam program Matching Fund Kedaireka Kemendikbudristek yang menjangkau hingga Kawasan Transmigrasi di Sulawesi Tenggara. - 2024:
Pengakuan nasional pun datang ketika Dr. Rika Fatimah menerima penghargaan dari Kementerian Desa PDTT sebagai Inisiator G2RT. Produk dari desa binaan mulai menembus pasar luar daerah hingga ekspor melalui kolaborasi dengan diaspora. - 2025:
Memasuki era digitalisasi, G2RT mengembangkan platform digital gotong royong antar desa, memanfaatkan e-commerce dan media sosial untuk digitalisasi rantai pasok dan promosi produk. Generasi muda juga mulai dilibatkan melalui program G2RT Youth Movement.
Visi, Misi, dan Tujuan G2RT
Visi G2RT adalah membangun desa yang mandiri secara ekonomi, unggul dalam kualitas, serta dikenal secara global.
Misi G2RT menekankan pemberdayaan gotong royong melalui inovasi rantai pasok, penguatan kapasitas usaha, dan strategi branding.
Tujuan utamanya adalah menciptakan kolaborasi jangka panjang antar stakeholder desa melalui sinergi ABCGFM—Akademisi, Businessmen, Community, Government, Financial Institutions, dan Media.
Gotong Royong sebagai Kekuatan Global
Dr. Rika Fatimah menegaskan bahwa G2RT bukan hanya model ekonomi, tapi sebuah gerakan sosial:
“Kami ingin membuktikan bahwa dengan gotong royong yang dirancang secara strategis, desa bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia, bahkan bersaing secara global tanpa kehilangan jati diri budayanya.”
Dengan semangat gotong royong dan strategi pembangunan berbasis komunitas, G2RT telah menjadi inspirasi dalam membangun ekonomi desa yang inklusif, kolaboratif, dan berkelanjutan, demikian tegas Dr. Rika Fatimah kpd wartawan media online Indonesia (PW-MOI) & pinbasmui.com belum lama ini. (*)

Sejarah Berdiri:
G2RT didirikan pada tahun 2018 oleh Dr. Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D., seorang dosen FEB UGM yang juga menjadi konseptor utama dan tenaga ahli dari model G2RT. G2RT lahir dari kegelisahan atas ketimpangan ekonomi desa dan kota, serta lemahnya posisi tawar produk desa di pasar global. Model ini menawarkan pendekatan berbasis gotong royong dan integrasi empat elemen strategis dalam pengembangan kewirausahaan desa.
Empat Pilar Utama G2RT (“Tetra”)
Tetra 1 – Supply Chain (Rantai Pasokan):
Menyusun sistem produksi dari hulu ke hilir yang efisien, melibatkan petani, pengrajin, pengolah, hingga distribusi dan logistik.
Tetra 2 – Market (Pasar):
Menyediakan pasar non-kompetitif (komunitas lokal) dan kompetitif (regional, nasional, hingga global), membuka peluang distribusi yang lebih luas.
Tetra 3 – Quality (Kualitas):
Fokus pada peningkatan kapasitas SDM, pelatihan, standarisasi mutu, dan sistem manajemen kualitas untuk menjaga keberlanjutan usaha.
Tetra 4 – Brand (Merek):
Membangun identitas merek desa yang kuat dan membanggakan, menjadikannya ikon dunia melalui narasi kultural dan kualitas produk.
Perkembangan G2RT DIY 2018–2025
Tahap Implementasi Awal (2018–2020)
G2RT mulai diterapkan di desa-desa binaan seperti Wukirsari (Imogiri, Bantul) dan Girirejo (Gunungkidul).
Produk unggulan seperti “Wedang Uwuh Arum Sari” dan “Ceriping Pisang” berhasil dikembangkan dengan branding dan sistem supply chain berbasis gotong royong.
Ekspansi dan Kolaborasi (2021–2023)
Program ini berkembang di desa-desa lain di DIY dengan dukungan kampus, komunitas lokal, dan pemerintah daerah.
G2RT diadopsi sebagai model pengembangan ekonomi desa dalam program Matching Fund Kedaireka Kemendikbudristek 2023, menjangkau Kawasan Transmigrasi di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
Pengakuan Nasional dan Internasional (2024)
Mei 2024: Dr. Rika Fatimah menerima penghargaan nasional dari Kemendesa PDTT sebagai Inisiator G2RT di Kawasan Transmigrasi.
Beberapa desa binaan G2RT mulai dikenal secara nasional karena berhasil memasarkan produknya ke luar daerah dan bahkan diekspor melalui program sinergi kampus dan diaspora.
Penguatan dan Akselerasi Digital (2025)
Di tahun 2025, G2RT memasuki tahap akselerasi digitalisasi:
Pembentukan platform digital gotong royong untuk kolaborasi lintas desa.
Digitalisasi rantai pasok dan promosi produk UMKM desa berbasis G2RT melalui e-commerce dan media sosial.
Pelibatan generasi muda dalam program G2RT Youth Movement.
Fokus pemberdayaan di desa-desa DIY melibatkan sinergi ABCGFM (Akademisi, Businessmen, Community, Government, Financial Institutions, Media).
Harapan:
G2RT bukan hanya pendekatan teknis, tapi sebuah gerakan sosial-ekonomi yang menekankan pada kolaborasi, keberlanjutan, dan keberdayaan desa. Model ini membuktikan bahwa dengan nilai gotong royong yang dikemas secara strategis, desa bisa mandiri secara ekonomi, berdaya saing secara global, dan menjadi kebanggaan nasional.


G2RT benar-benar menunjukkan bagaimana gotong royong dapat menjadi inti dari pengembangan ekonomi desa. Model ini tidak hanya meningkatkan produk lokal seperti Wedang Uwuh Arum Sari dan Ceriping Pisang, tetapi juga menciptakan sistem supply chain yang berkelanjutan. Sinergi antara akademisi, pelaku bisnis, pemerintah, dan media melalui ABCGFM patut diapresiasi. Digitalisasi rantai pasok dan promosi melalui e-commerce juga membuka peluang baru bagi UMKM desa. Namun, bagaimana G2RT memastikan bahwa manfaatnya benar-benar merata bagi seluruh masyarakat desa? Apakah ada tantangan khusus yang dihadapi dalam mengimplementasikan model ini di daerah transmigrasi? Menurut saya, G2RT memiliki potensi besar untuk menjadi contoh bagi desa-desa lain di Indonesia. Apa pendapat Anda tentang kemungkinan adopsi G2RT di daerah-daerah lain?
Bismillah. Semoga dimudahkan oleh Allah swt terus berkarya kita semua termasuk lewat kegiatan G2RT di desa kita masing masing. hubungi saja G2RT PINBAS DIY ke WA 0821.3524.2080. Kita jawab di kultum 213 njih. ttg bagaimana G2RT memastikan bahwa manfaatnya benar-benar merata bagi seluruh masyarakat desa? Apakah ada tantangan khusus yang dihadapi dalam mengimplementasikan model ini di daerah transmigrasi? Menurut saya, G2RT memiliki potensi besar untuk menjadi contoh bagi desa-desa lain di Indonesia. Apa pendapat Anda tentang kemungkinan adopsi G2RT di daerah-daerah lain?