Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, dan kita semua selaku umatnya.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Mari kita sejenak merenung tentang kematian—sesuatu yang pasti, namun sering kita lalaikan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Ali Imran ayat 185:

“Kullu nafsin dzā’iqatul maut.”
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.”

Tak peduli siapa kita—kaya atau miskin, pejabat atau rakyat, tua ataupun muda—semua pasti akan menghadap kepada Allah.

Saudaraku, mengapa kita diingatkan tentang kematian? Apa hikmah yang bisa kita ambil?

1. Kematian adalah pengingat bahwa hidup ini sementara.

Seringkali kita terlalu sibuk mengejar dunia, padahal semua itu akan kita tinggalkan. Rumah mewah, harta berlimpah, jabatan tinggi—semua akan tertinggal di belakang, dan hanya amal baik yang akan menyertai kita ke alam kubur.

Rasulullah SAW bersabda:

“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang dapat memutus kenikmatan, yaitu kematian.”
(HR. Tirmidzi)

Dengan mengingat mati, hati menjadi lembut, hidup menjadi lebih terarah, dan kita jadi lebih waspada dalam berbuat dosa.

2. Kematian menjadi motivasi untuk bertaubat dan berbuat baik.

Selama nafas masih di dada, pintu taubat masih terbuka. Kematian bisa datang kapan saja—tanpa izin, tanpa tanda.

Maka, jangan tunda taubat. Jangan tunggu tua untuk memperbaiki diri. Karena tidak ada jaminan kita akan mencapai usia tua.

3. Kematian mengajarkan kita pentingnya meninggalkan warisan amal.

Dalam hadits disebutkan:

“Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)

Maka, mari kita siapkan amal-amal jariyah sejak sekarang—wakaf, ilmu yang bermanfaat, dan mendidik anak-anak menjadi shalih dan shalihah.

Jamaah sekalian,

Kematian bukanlah akhir dari segalanya, tapi awal dari kehidupan yang kekal. Maka berbahagialah orang-orang yang mempersiapkan dirinya dengan taqwa, amal shalih, dan hati yang bersih.

Mari kita jadikan setiap kematian yang kita saksikan sebagai pelajaran, bukan sekadar berita. Jadikan setiap jenazah sebagai nasehat tanpa kata, yang mengingatkan bahwa kita pun akan menyusul.

Harapan:

Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mengingat kematian sebagai bentuk kesiapan menuju akhirat, dan semoga kita diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

By MUI PINBAS

PINBAS MUI DIY, pusat inkubasi bisnis syariah. Sebuah lembaga yang kegiatannya mendampingi pelaku usaha UMKM dan Koperasi syariah serta media preneur terutama di DIY

2 thoughts on “Kultum 195: Nasehat Kematian – Cermin Bagi Yang Masih Hidup”
  1. Alhamdulillah, tulisan ini sangat mengingatkan kita akan pentingnya mengingat kematian dan mempersiapkan diri dengan amal jariyah. Rasulullah SAW memang selalu mengajarkan kita untuk tidak menunda taubat dan terus memperbaiki diri. Menarik sekali bahwa PINBAS MUI DIY turut mendukung usaha syariah, ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang. Apakah ada program khusus dari PINBAS MUI DIY yang bisa diikuti oleh masyarakat umum? Saya rasa ini kesempatan bagus untuk belajar lebih dalam tentang bisnis syariah. Bagaimana pendapatmu tentang pentingnya mendidik anak-anak menjadi shalih dan shalihah? Menurutku, ini adalah investasi terbaik untuk masa depan. Apa kamu punya pengalaman atau saran tentang hal ini?

    1. Bismillah. tentang mendidik anak menuju sholih dan shalihal ada di kultum 211. semoga bermanfaat. lanjut diskusinya kita belajar bersama lewat platform ini: pinbasmui.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *