
Prof. Dr. Sutrisno, M.Ag, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Pernahkah kita tersadar, bahwa hujan tak pernah menunggu apakah kita sudah siap dengan payung atau belum? Ia turun begitu saja, membawa berkah… atau kadang membuat kita kebasahan, karena kita lalai mempersiapkan diri.
Begitulah pula kematian.
Tak menunggu apakah kita sudah siap atau belum. Tak peduli apakah kita sedang sehat atau sakit. Tak mempertimbangkan usia, jabatan, atau popularitas. Ia datang… karena memang itulah tugasnya.
“Bagi dunia, mungkin kita seorang miliarder, penguasa besar, atau tokoh penting. Tapi, bagi Malaikat Maut, kita hanyalah sebuah nama dalam daftar yang sudah ditetapkan.”
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
“Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu…”
(QS. Al-Jumu’ah: 8)
Maka mari kita bermuhasabah, mengevaluasi diri. Sudahkah kita mempersiapkan bekal sebelum ajal datang?
Saudaraku,
Bekal terbaik untuk menghadapi kematian bukanlah harta atau popularitas, tapi takwa dan amal salih. Ada empat bekal utama yang perlu kita siapkan:
1. Transendensi (Iman kepada Allah dan yang Ghaib)
Ciri utama orang bertakwa adalah yakin pada yang ghaib, yaitu yakin bahwa hidup ini bukan sekadar duniawi, melainkan ada kehidupan setelah mati.
“Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
(QS. Al-Baqarah: 3)
2. Distansi (Menjaga jarak dari dunia yang menipu)
Bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi menjadikan dunia sebagai sarana, bukan tujuan.
Orang beriman tak terbuai dengan dunia, sebab mereka tahu ini hanyalah persinggahan.
3. Kapitalisasi (Menjadikan harta sebagai amal jariyah)
Gunakan segala nikmat — waktu, tenaga, harta — untuk mendekatkan diri pada Allah, bukan malah menjauh.
“Sesungguhnya shalat dan sabar itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk…”
(QS. Al-Baqarah: 45-46)
4. Determinasi (Semangat berjuang sampai akhir hayat)
Jangan pernah lelah berjuang. Dalam Islam, perjuangan itu ada di banyak lini: fisik (jihad), intelektual (ijtihad), spiritual (mujahadah).
“Dan orang-orang yang berjihad di jalan Kami, pasti akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami…”
(QS. Al-Ankabut: 69)
Harapan:
Saudaraku,
Mari kita siapkan payung sebelum hujan, siapkan iman sebelum kematian. Karena kematian tak akan pernah menunggu kita siap.
Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang selalu bermuhasabah, memperbaiki diri, dan istiqamah dalam meniti jalan takwa.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ أَعْمَالِنَا خَوَاتِمَهَا وَخَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ نَلْقَاكَ
“Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik amal kami adalah penutupnya, dan sebaik-baik hari kami adalah hari ketika kami bertemu dengan-Mu.”
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.






