
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Di dunia ini banyak orang yang mengejar jabatan dan kekuasaan saat diberi amanat, titipan sebagai pemimpin atau pejabat apapun.
Tapi sedikit yang sadar bahwa jabatan itu, kepemimpinan itu, bukan kemuliaan, melainkan ujian besar dari Allah SWT terhadap setiap hambaNya yang mau beriman dan bertaqwa.
Seorang pemimpin bukan hanya akan dimintai laporan oleh manusia,
tapi juga akan dihisab dengan sangat teliti oleh Allah SWT.
1. Hadits yang Menggetarkan Jiwa
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang pemimpin yang menipu rakyatnya, kecuali Allah haramkan baginya surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ini adalah peringatan tegas bagi siapa pun yang diberi amanah sebagai pemimpin —
baik sebagai kepala rumah tangga, kepala desa, lurah, camat, bupati, gubernur, dirjen, menteri bahkan presiden dan lainnya.
Jika seorang pemimpin menipu rakyatnya,
maka itu pengkhianatan terhadap amanah,
dan pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya.
2. Bentuk-Bentuk Penipuan Pemimpin
Apa saja bentuk penipuan pemimpin kepada rakyatnya?
- Berjanji saat kampanye, tapi tidak ditepati saat menjabat
- Menyalurkan bantuan atau proyek untuk keluarga dan kroni, bukan untuk kepentingan rakyat
- Memanipulasi data, laporan, dan anggaran demi keuntungan pribadi, keluarga dan kelompoknya
- Berpura-pura peduli, pencintraan diri, padahal hanya mengejar citra dan kekuasaan
Padahal Allah telah berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil.”
(QS. An-Nisa’: 58)
3. Kepemimpinan Itu Amanah, Bukan Ladang Keuntungan
Nabi SAW pernah menolak orang yang meminta jabatan karena tahu bahwa jabatan adalah tanggung jawab, bukan hadiah.
“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan, karena jika kamu diberi jabatan karena permintaanmu, maka kamu akan dibebani. Tapi jika kamu diberi tanpa memintanya, maka kamu akan dibantu (oleh Allah).”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, siapa pun yang sudah jadi pemimpin:
jangan jadikan kekuasaan sebagai alat menipu, menindas, dan menimbun harta.
Karena bila itu terjadi, neraka menanti, baik neraka di dunia maupun neraka di akhirat nanti, dan surga diharamkan, na’udzubillah.
4. Pemimpin yang Jujur Dicintai Dunia dan Akhirat
Sebaliknya, pemimpin yang jujur, adil, dan amanah akan:
- Dicintai rakyat
- Didoakan para malaikat
- Dimuliakan Allah pada hari kiamat
Rasulullah SAW bersabda:
“Tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah di hari kiamat… di antaranya: pemimpin yang adil.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Harapan:
Saudaraku,
Pemimpin itu pelayan, bukan penguasa.
Kalau amanah itu tidak ditunaikan, maka ia akan menjadi penyesalan besar di akhirat.
Mari kita doakan agar Indonesia selalu dipimpin oleh orang-orang yang jujur, amanah, dan takut kepada Allah.
Dan bila kita sendiri menjadi pemimpin dalam lingkup apa pun,
jangan menipu, jangan membohongi rakyat.
Karena “Pemimpin yang menipu rakyatnya, maka surga haram baginya.”
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
