
Judul diatas sangat inspiratif dan relevan untuk memperluas makna Hari Santri yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober di Indonesia agar tidak berhenti pada seremoni semata, tetapi melahirkan gerakan yang produktif dan berdampak nyata bagi umat dan bangsa.
Landasan Filosofis:
“Wa la tansa nashîbaka minad-dunyâ” (QS. Al-Qashash: 77)
Jangan lupakan bagianmu di dunia.
Santri tidak hanya ahli ibadah, tetapi juga harus produktif, inovatif, dan memberi manfaat. Santri mandiri adalah santri yang beramal akhirat namun juga berdaya dunia, dengan tetap menjaga nilai-nilai Islam.
Gagasan Hari Santri Berkarya dan Berprestasi
Jika Hari Santri memperingati jasa perjuangan santri dalam sejarah, maka Hari Santri Berkarya mendorong santri zaman sekarang untuk:
- Berkarya di bidang ekonomi, teknologi, seni, dan media.
- Berinovasi menciptakan produk halal dan lokal.
- Berprestasi secara global tanpa meninggalkan identitas santri.
Program Unggulan yang Bisa Diinisiasi
- Santri Preneur Fair
Pameran UMKM karya santri, dari pondok, kampus Islam, dan komunitas pesantren alumni. - Santri Digital Academy
Pelatihan digital marketing, pembuatan konten dakwah kreatif, desain, hingga coding untuk para santri. - Santri Agripreneur dan Halal Food Movement
Mendorong santri mengembangkan pertanian organik, peternakan halal, dan kuliner lokal. - Gerakan 1 Produk Santri 1 Desa
Setiap santri diminta menciptakan minimal satu produk bermanfaat selama masa mondok/kuliah. - Hari Santri Berprestasi
Ajang penghargaan untuk santri di bidang akademik, olahraga, teknologi, dakwah digital, dan kewirausahaan.
Slogan dan Semangat
“Santri Mandiri: Berdzikir di Langit, Berkarya di Bumi”
“Santri Hari Ini, Ulama dan Wirausaha Besok”

Dialog antara Pak Juma (PINBAS) dengan Pak Anto (P3BEI FBE UII) terkait judul tulisan kali ini tentang gagasan model “Santri Mandiri” dalam semangat Bela Beli Produk Negeri yang bisa dikembangkan menjadi narasi atau program Hari Santri Berkarya dan Berprestasi di setiap daerah.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Mari kita selalu bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan kita semua rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Sehingga, sampai saat ini kita masih diberi nikmat kesehatan iman dan kemudahan bertaqwa untuk melaksanakan ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah..
Kita berharap, kita makin kaya, makin pintar, kita makin taqwa. Adapun ketakwaan kepada Allah dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, agar kita tergolong sebagai hamba-Nya yang beriman dan bertakwa dimana saja kita berada
Jamaah yang berbahagia,
Pada kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan kultum dengan tema Santri Mandiri, yaitu: “Bagaimana Menyiapkan Santri Mandiri, Santri yang Selalu Siap Mendukung Program Bela-Beli Produk Negeri.”
Seperti yang kita ketahui bahwa setiap tanggal 22 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional. Peringatan ini seharusnya tidak hanya menjadi seremoni belaka, namun juga menjadi momentum untuk mengingat kembali perjuangan para santri terdahulu dalam membela kemerdekaan Indonesia, serta bagaimana mereka mengisi kemerdekaan dengan berkarya, berusaha, dan menjaga akhlak mulia di tengah masyarakat dan bangsa.
Jamaah rahimakumullah,
Santri adalah simbol ilmu dan perjuangan. Maka santri zaman sekarang harus lebih baik, lebih kreatif, dan lebih produktif. Artinya, menjadi santri yang mandiri dan mampu berkarya nyata, khususnya dalam bidang ekonomi dan bisnis syariah. Santri juga harus berpikir jauh ke depan demi masa depan bangsa.
Jangan sampai santri hanya menjadi korban sistem penjajahan baru saat ini, yang tidak lagi menggunakan senjata, tetapi menggunakan strategi (syiasah) ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan budaya (terutama budaya F3= Food, Fashion, Fun). Untuk itu, marilah kita simak firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa’ ayat 9:
وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُوا۟ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةًۭ ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُوا۟ قَوۡلًۭا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah (lemah iman, lemah ekonomi), yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Maka hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa’: 9)
Ayat ini mengingatkan kita agar mempersiapkan generasi (santri) yang kuat, mandiri, dan tidak lemah, baik dalam akhlak maupun dalam aspek ekonomi dan sosial.
Firman Allah lainnya dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 10 juga mengingatkan:
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًۭا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila salat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: 10)
Ayat ini mengajarkan bahwa setelah beribadah, umat Islam (santri) harus aktif ikhtiar, bekerja, berdagang, dan berusaha. Ini sejalan dengan semangat kemandirian umat (santri) dalam membangun ekonomi dan mendukung kemandirian bangsa dengan mencintai produk dalam negeri. Caranya dengan bela beli produk negeri.
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa memberi lebih mulia daripada meminta. Maka dari itu, agar santri mampu memberi, maka perlu dipersiapkan menjadi generasi yang mandiri. Salah satu caranya adalah dengan memakmurkan masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah (Baitullah), tetapi juga sebagai:
- Baitut Tarbiyah (tempat pendidikan),
- Baitusy Syifa’ (tempat kesehatan),
- Baitus Siyasah (pusat strategi dan manajemen umat),
- Baitud Dakwah (tempat dakwah dan ajakan kebaikan),
- Baitul Maal (pengelolaan dana umat),
- Baitul Mu’amalah (pusat kegiatan ekonomi umat).
Di situlah santri bisa belajar bersama jamaah lainnya, bagaimana berdagang, mengelola keuangan, dan menjadi entrepreneur yang tetap menjaga adab dan akhlak.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Bangsa ini sangat membutuhkan santri yang mampu berkontribusi dalam pembangunan ekonomi umat. Santri yang tidak hanya memperdalam ilmu agama untuk menjadi pribadi saleh secara tauhid, tapi juga menjadi shaleh sosial, siap membela negeri dengan karya dan kontribusi nyata.
Ayat dalam Al Qur’an Surah An-Nisa’ ayat 9 diatas mengingatkan kita agar mempersiapkan generasi yang kuat, mandiri, dan tidak lemah, baik dalam iman, taqwa, akhlak maupun dalam aspek ekonomi dan sosial.
Rasulullah SAW dalam sabdanya mengingatkan bahwa:
“Tidak ada makanan yang lebih baik daripada makanan yang diperoleh dari hasil kerja tangannya sendiri.” (HR. Bukhari No. 2072)
Hadis ini mengingatkan bahwa bekerja dan berusaha dengan tangan sendiri itu mulia. Nilai-nilai ini sangat relevan dengan semangat santri mandiri yang diharapkan turut serta membangun kemandirian bangsa, termasuk dalam gerakan bela dan beli produk negeri.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Santri mandiri bukan hanya mereka yang hafal kitab, tetapi mereka yang juga aktif menggerakkan roda ekonomi umat. Mereka turut berjihad di bidang ekonomi melalui pembelajaran dan penerapan ilmu di lingkungan pesantren dan masyarakat.
Semoga tema khutbah hari ini sejalan dengan semangat Hari Santri tahun ini:
“Santri Mandiri, Siap mendukung Bela-Beli Produk Negeri.”
Apa arti dari bela-beli produk negeri?
Artinya: santri harus mencintai produk dalam negeri, mendukung UMKM di sekitar masjid dan pesantren, membeli produk halal dan lokal, yang keuntungannya tidak dibawa ke luar negeri, tapi justru menggerakkan ekonomi antar sesama warga bangsa sendiri.
Bela negeri dengan membeli produk umat.
Beli produk negeri sebagai bentuk membela martabat ekonomi bangsa.
Tujuan bela beli produk negeri adalah untuk eratkan persaudaraan antar warga bangsa negeri tercinta Indonesia
Mari kita jadikan pesantren dan lingkungan sekitar kita sebagai pusat pendidikan kemandirian dan kewirausahaan Islami. Sehingga santri tidak hanya menjadi pencari kerja, tapi juga pencipta lapangan kerja untuk warga sekitarnya, sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 dan nilai-nilai Pancasila.
Didik anak-anak sejak dini untuk menabung, berdagang, dan tidak malu berwirausaha. Sebab Nabi Muhammad SAW sendiri adalah pedagang sebelum diangkat menjadi Rasul.
Maka tidak ada alasan bagi santri untuk tidak mandiri dan meneladani hidup Rasul sesuai kemampuan masing-masing.
Rasulullah bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad)
Santri adalah harapan,
Santri adalah cahaya,
Santri adalah penjaga masa depan bangsa.
Mari kita akhiri kultum ini dengan berdoa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ أَبْنَاءَنَا مِنَ الصَّالِحِينَ، وَاجْعَلْ شَبَابَنَا مِنَ الْمُسْتَقِيمِينَ، وَاجْعَلْ طُلَّابَ الْعِلْمِ مِنَ الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِكَ، وَمِنَ الْمُبَادِرِينَ لِخَيْرِ الْأُمَّةِ.
Ya Allah, jadikan anak-anak kami sebagai generasi yang saleh.
Jadikan santri-santri kami sebagai pejuang kebenaran.
Jadikan mereka insan yang mandiri dan membawa berkah bagi umat dan negeri.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Artinya: Aku berkata demikian ini, dan aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung untuk diriku dan kalian, serta untuk seluruh kaum Muslimin dan Muslimat, Mukminin dan Mukminat. Maka mohonlah ampun kepada-Nya. Sungguh, Dia-lah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (**).

اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الرَّحْمَاتُ، وَبِقُدْرَتِهِ يُدَبِّرُ الْكَوْنَ وَالْكَوْنِيَّاتِ.
نَحْمَدُهُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى. نَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِيَ الْمُقَصِّرَةَ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَإِنَّ أَفْضَلَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَخَيْرَ مَا اسْتَعَدَّ بِهِ الْعَبْدُ لِلِقَاءِ اللّٰهِ هُوَ التَّقْوَى.
Jamaah rahimakumullah,
Puji lan syukur, monggo tansah kita aturaken dhumateng Gusti Allah Subhanahu wata’ala, ingkang tansah maringi rahmat, taufiq lan hidayah-Nya dhumateng kita sedaya, ngantos dinten menika, kita taksih diparingi nikmat sehat lan saged nglaksanani ibadah kanthi ringan lan gamblang wonten ing masjid menika.
Salajengipun, monggo kita tansah ningkataken takwa dhumateng Allah kanthi nindakaken sedaya perintahipun lan nyingkiri sedaya laranganipun, mugi-mugi kita kalebet golongan tiyang-tiyang ingkang iman lan takwa.
Jamaah ingkang kinurmatan,
Wonten ing kesempatan menika, kulo badhe ngaturaken tema gegayutan kaliyan Hari Santri, inggih puniko: Kadospundi Nyepakaken Santri Mandiri, Santri ingkang siap ndhukung program Bela lan Beli Produk Negeri.
Amargi saben tanggal 22 Oktober, bangsa Indonesia mengeti Hari Santri Nasional. Nanging mengeti menika boten namung upacara seremonial kemawon, nanging kedah kita gayutaken kaliyan perjuangan para santri jaman rumiyin ingkang mbela kamardikan bangsa lan ngisi kamardikan punika kanthi karya nyata, usaha, lan ngajeni adab moral wonten ing masyarakat.
Jamaah rahimakumullah,
Santri punika lambanging ilmu lan perjuangan. Mula santri jaman samenika kedah langkung saé, langkung kreatif. Tegesipun, dados santri mandiri ingkang saged makarya nyata, utamane wonten ing babagan ekonomi lan bisnis syariah, sarta mikiraken masa depan bangsa lan nagari.
Santri boten kenging namung dados korban sistem, diperalat dening penjajahan jaman modern masa kini, ingkang bentukipun sampun boten mawa bedhil malih, nanging liwat penjajahan ekonomi, pendidikan, kesehatan, lan budaya sosial ing tengah masyarakat.
Cobi kita simak firman Allah SWT wonten ing Al-Qur’an Surat Al-Jumu’ah ayat 10:
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًۭا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinipun: “Nalika sholat sampun rampung, sumebaro kowe ing bumi, lan golèk-ana karunia saka Allah, lan élinga Allah kanthi akeh-akehé supaya kowe padha pikantuk kamulyan.” (QS. Al-Jumu’ah: 10)
Ayat menika ngajari bilih umat Islam kedah aktif ikhtiar makarya, dagang, lan usaha sawisé shalat. Punika cocog sanget kaliyan semangat santri mandiri ingkang nyengkuyung perekonomian lan produk lokal asli karya anak negeri.
Rasulullah SAW ugi dhawuh:
“Tangan ing dhuwur luwih sae ketimbang tangan ing ngisor.” (HR. Bukhari lan Muslim)
Maknanipun, langkung utama tiyang ingkang paring tinimbang ingkang nyuwun. Mula santri kedah nyiapake awake dados generasi mandiri. Salah satunggalipun carane yaiku makmuraken masjid minangka peran lan fungsine dados:
- Baitullah (panggonan membiasakan ibadah, dzikir, lan doa jamaah),
- Baitut Tarbiyah (panggonan pendidikan jamaah),
- Baitusy Syifa’ (panggonan kesehatan jamaah),
- Baitusy Siyasah (panggonan strategi berjamaah),
- Baitud Dakwah (panggonan ngajak ing kebecikan jamaah),
- Baitul Maal (panggonan ngatur dana berjamaah),
- Baitul Mu’amalah (panggonan transaksi ekonomi antar jamaah).
Wonten mriku, santri saged sinau dagang, ngelola keuangan, sinau enterpreneurship utawi wirausaha, lan tetep njaga adab, moral lan akhlak mulyo.
Jamaah ingkang kinurmatan,
Bangsa kita butuh santri ingkang saget paring kontribusi nyata. Santri ingkang boten namung ngaji, nanging ugi melu mbangun ekonomi umat, santri ingkang saget nyambungake sholeh pribadi lan sholeh sosial.
Wonten ayat Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 9, Allah SWT ngimutaken kito:
وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُوا۟ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةًۭ ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُوا۟ قَوۡلًۭا سَدِيدًا
Artosipun: “Lan padha wedi (marang Allah) tiyang-tiyang ingkang menawi nilar anak keturunan ingkang ringkih, banjur padha mikiraken nasib anak-anakipun. Mula padha wedia dhumateng Allah lan padha matur kanthi tembung ingkang bener.” (QS. An-Nisa’: 9)
Ayat punika negesaken santri kedah disiapake kanggo masa depan ingkang mandiri, boten nilar keturunan lemah, kalebu lemah bidang ekonomi, akhlak, lan kemandirian bangsa.
Rasulullah ugi ngendika:
“Ora wonten panganan ingkang luwih utama ketimbang panganan saka hasil kerja tangané dhewe.” (HR. Bukhari no. 2072)
Tegese, golek rejeki kanthi usaha pribadi punika utama, lan punika sinambung kaliyan hari santri ingkang ngajak kitho nyiapaken santri mandiri ingkang samangke supados saged nyengkuyung kemandirian bangsa. Bela lan beli produk lokal punika ugi kalebet ibadah sosial lan wujud tresna marang bangsa dhéwé.
Santri mandiri, boten namung ngapal kitab, nanging melu nguripake roda ekonomi umat. Kalebet ing program bela lan beli produk negeri minangka wujud jihad ekonomi santri ing jaman modern. Santri kedah melu ndhukung UMKM lokal, masyarakat sekitar masjid, supados manfaatipun medal dhateng umat piyambak.
Jamaah rahimakumullah,
Pungkasing atur, mugi khutbah menika cocok kaliyan tema Hari Santri taun menika, kanggé kita renungkan sesarengan, inggih puniko: Santri Mandiri, Siap Dukung Bela-Beli Produk Negeri. Tegesipun, santri kedah remen lan bangga ngagem produk lokal, produk halal, produk jamaah, sing bathiné ora medal menyang luar negeri, nanging ngurip-uripi ekonomi rakyat bangsa Indonesia piyambak.
Bela negeri kanthi tumbas produk negeri.
Tumbas produk negeri, tegese mbela martabat ekonomi bangsa.
Tujuane punika: nguwatake paseduluran, kekancan, lan katresnan antar warga negara.
Monggo pondok pesantren lan griya kita sedaya dipun dadosaken pusat pendidikan kemandirian lan wirausaha Islami, supados santri boten namung dados pencari kerja, nanging ugi pencipta lapangan kerja wonten sak kiwo tengenipun.
Monggo kitho didik anak-anak kitho wiwit alit supaya wani dagang, wani usaha, lan boten isin dagang. Rasulullah SAW piyambak nate dagang sadèrèngipun dados nabi.
Santri kedah wani urip mandiri lan nyonto uripipun Nabi Muhammad SAW, miturut kahanan lan kemampuan piyambak wonten daerahipun.
Kados sabda nabi: Sak sae-sae nipun menungsa iku, sing paling manfaat tumrap liyané.” (HR. Ahmad)
Santri punika dados harapan. Santri punika cahaya. Santri punika ing pangajab dados penjaga masa depan bangsa, lahir lan bathin.
Monggo kultum menika kita tutup kanthi doa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ أَبْنَاءَنَا مِنَ الصَّالِحِينَ، وَاجْعَلْ شَبَابَنَا مِنَ الْمُسْتَقِيمِينَ، وَاجْعَلْ طُلَّابَ الْعِلْمِ مِنَ الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِكَ، وَمِنَ الْمُبَادِرِينَ لِخَيْرِ الْأُمَّةِ َ
Ya Allah, kulo nyuwun anak-anak kulo dados tiyang-tiyang ingkang sholeh. Kulo ugi nyuwun para santri kita dados pejuang kebenaran. Kulo ugi nyuwun sedoyo warga bangsa puniko dados tiyang ingkang mandiri lan paring berkah tumrap umat lan nagari. Aamiin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
Artinya: Aku berkata demikian ini, dan aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung untuk diriku dan untuk kalian, serta untuk seluruh kaum Muslimin dan Muslimat, Mukminin dan Mukminat. Maka mohonlah ampun kepada-Nya. Sungguh, Dia-lah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(**).

Dialog antara Pak Juma (PINBAS) dengan Pak Anto (P3BEI FBE UII) terkait judul tulisan kali ini tentang gagasan model “Santri Mandiri” dalam semangat Bela Beli Produk Negeri yang bisa dikembangkan menjadi narasi atau program Hari Santri Berkarya dan Berprestasi di setiap daerah.