Diskusi rutin antara Pak Juma (PINBAS) dan Pak Anto (P3EI FBE UII) kali ini tentang maqāṣidusy-syarī‘ah dan 99 macam maqāṣid yang perlu umat pahami untuk memperkuat ekonomi dan bisnis syariah. Pertanyaan pembaca Kultum atau Diskusi atau KOPI (Kultum Online Penyejuk Iman) bisa dikirim melalui admin ke WA: 0821.3524.2080 atau pinbasmui.com

Pak Juma (PINBAS):
Pak Anto, banyak orang dengar kata maqāṣidusy-syarī‘ah, tapi belum semua paham. Bisa kita jelaskan supaya umat tahu, ini bukan hanya konsep fiqih, tapi juga kunci membangun ekonomi syariah yang membumi?

Pak Anto (P3EI FBE UII):
Betul, Pak Juma. Maqāṣidusy-syarī‘ah itu artinya tujuan-tujuan utama syariat Islam. Intinya, semua hukum dan aturan Islam, termasuk dalam bisnis dan ekonomi, punya maksud untuk mendatangkan kemaslahatan dan mencegah kerusakan dalam hidup manusia.

Pak Juma:
Kalau begitu, ini berarti bukan sekadar halal-haram di transaksi, tapi mencakup visi besar syariah terhadap kehidupan umat?

Pak Anto:
Tepat sekali. Secara klasik, ulama membagi maqāṣid jadi 5 pilar besar:

  1. Hifẓ ad-Dīn — menjaga agama.
  2. Hifẓ an-Nafs — menjaga jiwa.
  3. Hifẓ al-‘Aql — menjaga akal.
  4. Hifẓ an-Nasl — menjaga keturunan.
  5. Hifẓ al-Māl — menjaga harta.

Nah, perkembangan terbaru — terutama yang dikaji para ahli maqāṣid modern — memperluasnya menjadi 99 jenis tujuan syariah yang lebih rinci, misalnya: keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan, kesejahteraan keluarga, distribusi kekayaan yang merata, keamanan pangan, kemandirian energi, teknologi bermanfaat, dan seterusnya.

Pak Juma:
Jadi kalau umat paham dan menjalankan 99 maqāṣid itu, otomatis ekonomi syariah akan hidup, ya?

Pak Anto:
Iya. Contoh, maqāṣid nomor 15 adalah ḥimāyah al-bī’ah (perlindungan lingkungan). Ini berarti bisnis syariah harus memperhatikan dampak lingkungan, bukan cuma profit. Maqāṣid nomor 27 adalah taḥqīq al-‘adālah al-ijtimā‘iyyah (mewujudkan keadilan sosial), yang berarti usaha harus mengurangi kesenjangan, bukan memperlebar.

Pak Juma:
Kalau kita fokus ke Indonesia, khususnya umat Islam, bagaimana penerapannya?

Pak Anto:
Kita bisa jadikan 99 maqāṣid itu peta jalan ekonomi umat. Misalnya:

  • Di sektor UMKM, kita pastikan produk halal, transaksi adil, tidak ada riba, dan memberi manfaat ke masyarakat sekitar.
  • Di sektor pangan, maqāṣid memerintahkan jaminan ketersediaan, harga wajar, dan kualitas sehat.
  • Di sektor energi, maqāṣid mendorong sumber energi ramah lingkungan.
  • Dalam distribusi zakat dan wakaf, maqāṣid mengarahkan agar dana umat benar-benar memberdayakan, bukan hanya konsumtif.

Pak Juma:
Artinya kalau umat mau kuat, kita jangan hanya bicara sertifikasi halal atau label syariah, tapi juga membangun bisnis yang sesuai ruh maqāṣid.

Pak Anto:
Betul. Maqāṣid itu ruhnya, fiqih itu jalannya. Kalau ruh dan jalan ini berjalan bersama, insyaAllah ekonomi syariah bukan cuma teori, tapi nyata memberi solusi bagi masalah kemiskinan, ketimpangan, dan krisis moral di negeri kita.

Pak Juma:
Sepakat. Saya usul, kita buat seri kajian 99 maqāṣid ini khusus untuk pelaku UMKM dan pengelola desa wisata halal. Supaya mereka paham, bisnis syariah itu bukan beban, tapi justru jalan berkah yang memakmurkan.

Pak Anto:
Amin. Kalau umat paham ini, maqāṣid akan jadi kompas, dan ekonomi syariah akan jadi kapal yang mengarungi samudera dengan selamat.

Daftar 99 maqāṣidusy-syarī‘ah yang diambil dari pengembangan teori maqāṣid klasik (al-Ghazali, asy-Syathibi) hingga versi kontemporer (Yusuf al-Qaradawi, Jasser Auda, dll.), dilengkapi terjemah dan contoh penerapan di bidang ekonomi & bisnis syariah agar memudahkan dipahami oleh semuanya.


99 Maqāṣidusy-Syarī‘ah untuk Ekonomi dan Bisnis Syariah

A. Maqāṣid Dasar (Fundamental)

  1. Hifẓ ad-Dīn – Menjaga agama → Usaha halal, tidak melanggar syariat.
  2. Hifẓ an-Nafs – Menjaga jiwa → Produk aman, tidak membahayakan kesehatan.
  3. Hifẓ al-‘Aql – Menjaga akal → Bisnis tidak menjual barang yang merusak akal (minuman keras, narkoba).
  4. Hifẓ an-Nasl – Menjaga keturunan → Usaha tidak merusak moral generasi (pornografi, judi).
  5. Hifẓ al-Māl – Menjaga harta → Transaksi aman, menghindari riba, gharar, maysir.

B. Maqāṣid Pengembangan Individu
6. Ta‘līm wa Tarbiyah – Pendidikan → Pelaku usaha dilatih manajemen syariah.
7. Tahdzīb al-Akhlāq – Memperbaiki akhlak → Etika bisnis jujur & amanah.
8. Tanẓīm al-Waqt – Pengaturan waktu → Disiplin jam kerja & ibadah.
9. Hifẓ aṣ-Ṣiḥḥah – Menjaga kesehatan → Produksi higienis, tidak beracun.
10. Himāyah al-‘Ird – Menjaga kehormatan → Menghindari fitnah & penipuan bisnis.


C. Maqāṣid Sosial
11. Taḥqīq al-‘Adālah al-Ijtimā‘iyyah – Keadilan sosial → Keuntungan dibagi adil, tidak menindas pekerja.
12. Takāful Ijtimā‘ī – Solidaritas sosial → Zakat, sedekah, CSR perusahaan.
13. Rifq bil-Mustaḍ‘afīn – Membantu yang lemah → Pemberdayaan UMKM kecil.
14. Ḥusn al-Mu‘āmalah – Interaksi baik → Pelayanan ramah & profesional.
15. Isyā‘at al-Khair – Menyebarkan kebaikan → Produk bermanfaat bagi masyarakat.


D. Maqāṣid Ekonomi
16. Tanẓīm al-Māl – Pengelolaan harta → Laporan keuangan transparan.
17. Tawāzun al-Iqtishādī – Keseimbangan ekonomi → Harga wajar, tidak monopoli.
18. Taḥqīq al-Kifāyah – Pemenuhan kebutuhan → Produk memenuhi kebutuhan pokok.
19. ‘Adālah Fī at-Tauzī‘ – Distribusi merata → Saluran distribusi adil.
20. Himāyah al-Mustahlik – Perlindungan konsumen → Jaminan mutu & garansi produk.


E. Maqāṣid Pemberdayaan
21. Tamkīn al-Ummah – Pemberdayaan umat → Bantu umat mandiri secara ekonomi.
22. Himāyah al-‘Ummāl – Perlindungan pekerja → Upah layak, lingkungan kerja aman.
23. Ta‘zīz al-Mahārāt – Peningkatan keterampilan → Pelatihan teknis & digital.
24. Isyārat al-Ibda‘ – Dorongan inovasi → Produk kreatif tapi halal.
25. Himāyah al-Ḥurriyyah al-Iqtiṣādiyyah – Kebebasan ekonomi → Bebas usaha selama halal.


F. Maqāṣid Keuangan Syariah
26. Izālat ar-Ribā – Penghapusan riba → Gunakan akad murabahah, musyarakah.
27. Izālat al-Gharar – Hilangkan ketidakpastian → Kontrak jelas & tertulis.
28. Izālat al-Maysir – Hilangkan judi → Tidak spekulasi ekstrem di pasar.
29. Tanẓīm az-Zakāh – Tata kelola zakat → Disalurkan untuk pemberdayaan.
30. Istitsmār Halāl – Investasi halal → Modal ditanam di usaha sesuai syariah.


G. Maqāṣid Lingkungan & Keberlanjutan
31. Ḥimāyah al-Bī’ah – Perlindungan lingkungan → Produksi ramah lingkungan.
32. Tanẓīm al-Isti‘mār – Pengelolaan sumber daya → Tidak boros bahan baku.
33. Man‘ al-Isrāf – Larangan boros → Produksi sesuai kebutuhan pasar.
34. Man‘ al-Tabdhīr – Larangan mubazir → Sisa produksi dimanfaatkan.
35. I‘mār al-Arḍ – Memakmurkan bumi → Bisnis mendukung kelestarian alam.


H. Maqāṣid Teknologi & Inovasi
36. Tathwīr al-‘Ulūm – Pengembangan ilmu → Riset untuk inovasi halal.
37. Tanẓīm at-Taqniyah – Tata kelola teknologi → Teknologi mendukung syariah.
38. Ḥimāyah al-Ma‘rifah – Perlindungan pengetahuan → Hak cipta & paten halal.
39. Isyārat at-Tajdīd – Dorongan pembaruan → Upgrade produk sesuai zaman.
40. Tawfīq bain al-Asālah wal-Ḥadāthah – Harmoni tradisi & modernitas → Batik modern halal.


I. Maqāṣid Keamanan & Stabilitas
41. Ḥifẓ al-Amn al-Iqtiṣādī – Keamanan ekonomi → Cadangan pangan & energi.
42. Ḥifẓ al-Amn al-Ijtimā‘ī – Keamanan sosial → Hindari konflik usaha.
43. Ḥifẓ al-Amn al-Ghidzā’ī – Keamanan pangan → Standar halal-thayyib.
44. Ḥifẓ al-Amn al-Mā’ī – Keamanan air → Produksi hemat air bersih.
45. Ḥifẓ al-Amn al-Mālī – Keamanan keuangan → Anti penipuan & pencucian uang.


J. Maqāṣid Kepemimpinan & Tata Kelola
46. Shafāfiyyah – Transparansi → Informasi terbuka ke stakeholder.
47. Mas’ūliyyah – Akuntabilitas → Bertanggung jawab atas dampak usaha.
48. Shidq – Kejujuran → Tidak manipulasi data usaha.
49. ‘Adl – Keadilan → Memperlakukan semua pihak setara.
50. Amānah – Kepercayaan → Menepati janji kontrak.


K. Maqāṣid Kebudayaan & Identitas
51. Himāyah ats-Tsaqāfah al-Islāmiyyah – Menjaga budaya Islami → Produk bernuansa Islami.
52. Ta‘zīz al-Huwiyyah al-Waṭaniyyah – Menguatkan identitas nasional → Produk lokal bermutu.
53. Iḥyā’ al-‘Urūf aṣ-Ṣāliḥah – Menghidupkan tradisi baik → Pasar tradisional halal.
54. Man‘ al-‘Urūf al-Fāsidah – Menghapus tradisi buruk → Menghindari praktik curang.
55. Tasyjī‘ al-Funūn al-Ḥalāl – Mendukung seni halal → Desain kemasan Islami.


L. Maqāṣid Kesejahteraan Global
56. Ta‘āwun al-Umam – Kerja sama antar bangsa → Ekspor halal.
57. Tashdīr al-Khair – Menyebar kebaikan → Promosi produk bermanfaat.
58. Man‘ al-Isti‘mār – Anti penjajahan → Kemandirian usaha umat.
59. Himāyah al-Mustawradāt – Lindungi impor → Filter barang masuk sesuai syariah.
60. Tashīl at-Tijārah – Mempermudah perdagangan → Regulasi ramah UMKM.


M. Maqāṣid Psikologis & Spiritual
61. Sakīnah – Ketentraman → Bisnis tidak bikin stres berlebihan.
62. Riḍā – Kerelaan → Semua pihak puas dengan akad.
63. Barakah – Keberkahan → Rezeki berkah, bermanfaat luas.
64. Syukr – Bersyukur → Tidak serakah, berbagi keuntungan.
65. Tawakkul – Berserah diri → Usaha maksimal, hasil serahkan pada Allah.


N. Maqāṣid Pemerataan Akses
66. Himāyah al-Furṣah – Kesetaraan kesempatan → Semua boleh bersaing sehat.
67. Tanẓīm al-Munāfisah – Tata kelola persaingan → Hindari monopoli.
68. Taḥqīq al-Maslahah al-‘Āmmah – Maslahat umum → Infrastruktur mendukung bisnis.
69. Tas-hīl al-Wuṣūl ilā al-Māl – Akses modal → BMT & koperasi syariah.
70. Himāyah al-Munāfis al-Shaghīr – Lindungi pemain kecil → Anti predator pricing.


O. Maqāṣid Pembangunan Berkelanjutan
71. Tanẓīm al-‘Imārah – Tata ruang → Kawasan usaha tertib.
72. Istidāmatu an-Numuw – Pertumbuhan berkelanjutan → Usaha jangka panjang.
73. Taqnīn al-Mashāri‘ – Regulasi usaha → Hukum pro UMKM.
74. Himāyah al-Turāth – Melestarikan warisan → Produk heritage.
75. Tathwīr al-Buniyah al-Taḥtiyyah – Pengembangan infrastruktur → Jalan, pasar, gudang.


P. Maqāṣid Keseimbangan Hidup
76. Wasaṭiyyah – Moderasi → Tidak ekstrem profit atau idealisme.
77. Tansīq bain al-Ma‘āsy wal-Ma‘ād – Seimbang dunia & akhirat → Bisnis sambil ibadah.
78. Iḥtirām al-‘Uqūd – Hormati kontrak → Tidak ingkar janji.
79. Tawāzun al-Ṭalab wal-‘Arḍ – Seimbang supply-demand.
80. Iḥtirām al-Mawāqīt – Tepat waktu → Kirim barang sesuai jadwal.


Q. Maqāṣid Digital & Informasi
81. Ḥimāyah al-Ma‘lūmāt – Keamanan data → Data pelanggan aman.
82. Shafāfiyyah al-Ma‘lūmāt – Informasi jelas → Harga & spesifikasi terbuka.
83. Izālat al-Kadhib al-I‘lāmī – Anti hoax promosi.
84. Tawjīh al-I‘lām lil-Maṣlaḥah – Media untuk maslahat.
85. Ta‘zīz at-Tijārah al-Iliktrūniyyah – E-commerce syariah.


R. Maqāṣid Perlindungan Khusus
86. Himāyah al-Aṭfāl – Lindungi anak → Tidak pekerjakan anak di bawah umur.
87. Himāyah an-Nisā’ – Lindungi perempuan → Kesempatan kerja setara.
88. Himāyah al-Kubār – Lindungi lansia → Program pensiun syariah.
89. Himāyah adz-Dhawī al-Iḥtiyājāt – Difabel → Akses fasilitas usaha.
90. Himāyah al-Muhājirīn – Lindungi perantau → Pekerja migran aman.


S. Maqāṣid Kemajuan Peradaban
91. Ibtikār – Inovasi → Produk baru berbasis syariah.
92. Isyārat al-Isti‘mār al-Faḍī – Eksplorasi luar angkasa untuk maslahat.
93. Taqdīm al-‘Ulūm – Prioritaskan ilmu.
94. Himāyah al-Mashāri‘ al-Kubrā – Jaga proyek strategis umat.
95. Taḥqīq al-Istiqlāl al-Iqtiṣādī – Kemandirian ekonomi.


T. Maqāṣid Integritas & Keberlanjutan Moral
96. Man‘ al-Fasād – Anti korupsi.
97. Man‘ al-Ghish – Anti kecurangan.
98. Ta‘zīz al-Ṣidq – Perkuat kejujuran.
99. Isyārat al-Iḥsān – Dorongan berbuat baik melebihi kewajiban.



By MUI PINBAS

PINBAS MUI DIY, pusat inkubasi bisnis syariah. Sebuah lembaga yang kegiatannya mendampingi pelaku usaha UMKM dan Koperasi syariah serta media preneur terutama di DIY

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *