Diskusi rutin antara Pak Anto (P3EI FBE UII) dengan Pak Juma (PINBAS DIY) tentang berbagai hal terkait edukasi, kesehatan, ekonomi bisnis syariah di DIY agar setiap pelaku usaha syariah selalu menjaga stamina nya dalam jalani usahanya menuju kemerdekaan hidupnya.

Pak Anto:
Pak Juma, kita sering mendengar kata merdeka. Tapi kalau kita lihat keadaan umat sekarang, sepertinya umat kita ini belum sepenuhnya merdeka. Menurut panjenengan, kenapa begitu?

Pak Juma:
Betul, Pak Anto. Secara politik kita memang sudah merdeka dari penjajahan, tapi secara mental, ekonomi, dan sosial, umat masih belum merdeka.

  • Masih banyak umat yang terikat hutang dan bergantung pada sistem ekonomi yang tidak adil.
  • Masih banyak yang tergantung bantuan, tidak punya kemandirian.
  • Dan mental sebagian umat masih “mental dijajah”: merasa kecil, minder, tidak percaya diri menghadapi bangsa lain.

Pak Anto:
Saya setuju. Bahkan dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, kita masih tertinggal. Padahal kalau umat tidak menguasai ilmu, mereka akan terus jadi konsumen, bukan produsen.

Pak Juma:
Tepat sekali. Jadi umat belum merdeka karena masih lemah dalam iman, ilmu, dan ekonomi. Tiga hal itu adalah kunci kemerdekaan sejati.

Pak Anto:
Kalau begitu, apa sebenarnya makna merdeka bagi umat?

Pak Juma:
Merdeka itu bukan hanya bebas dari penjajahan, tapi juga:

  1. Merdeka dalam iman → bebas dari syirik, kemaksiatan, dan hawa nafsu yang menjerat.
  2. Merdeka dalam ekonomi → bisa berdiri di atas kaki sendiri, tidak selalu jadi buruh atau konsumen, tapi juga produsen dan pengusaha.
  3. Merdeka dalam ilmu → tidak tergantung pada bangsa lain, tapi mampu menciptakan inovasi.
  4. Merdeka dalam solidaritas → umat tidak tercerai-berai, tapi bersatu dan saling menguatkan.

Pak Anto:
Bagus sekali. Jadi merdeka bagi umat adalah saat mereka mampu menentukan arah hidupnya sendiri dengan iman yang kokoh, ekonomi yang mandiri, dan persatuan yang kuat.

Pak Juma:
Betul, Pak Anto. Itulah yang harus jadi misi kita bersama: mendampingi umat agar benar-benar merdeka, lahir batin.


✨ Jadi, umat belum merdeka karena masih terikat pada kelemahan iman, ilmu, dan ekonomi.
👉 Merdeka bagi umat berarti bebas dari segala bentuk ketergantungan, mampu hidup mandiri, bersatu, dan berdaya saing dengan nilai iman dan takwa sebagai pondasinya.

Kenapa Umat Masih Menghadapi Masalah

Pak Anto:
Pak Juma, saya sering merenung. Kenapa umat kita masih banyak menghadapi masalah, padahal jumlahnya besar dan potensinya luar biasa serta pendamping usahanya juga ada?

Pak Juma:
Betul, Pak Anto. Kalau kita teliti, ada beberapa sebab mendasar. Pertama, pemahaman agama yang masih parsial, belum utuh. Banyak umat berhenti pada ritual ibadah, tapi lupa bahwa agama juga menuntun kita dalam akhlak, sosial, dan ekonomi sebagai sarana ibadahnya.

Pak Anto:
Ya, dan itu membuat umat hanya menekankan doa tanpa diiringi ikhtiar usaha dan tawakal nyata.

Pak Juma:
Tepat sekali. Lalu ada ketergantungan berlebihan. Banyak umat terbiasa menunggu bantuan, bukan membangun kemandirian. Akibatnya, daya juang berkurang.

Pak Anto:
Saya juga melihat kurangnya soliditas. Antarumat kadang pecah hanya karena perbedaan kecil, padahal seharusnya bersatu membangun kekuatan bersama untuk tujuan yang besar.

Pak Juma:
Benar, dan yang tidak kalah penting, umat kita minim literasi ekonomi dan teknologi. Ini membuat sulit bersaing di era modern.

Pak Anto:
Kalau kita zoom in ke lingkup masjid, kenapa jamaah masjid juga masih banyak masalah?

Pak Juma:
Karena masjid belum berfungsi sebagai pusat peradaban. Masih dipahami sebatas tempat ibadah, belum optimal jadi pusat ekonomi, pendidikan, dan pemberdayaan umat.

Pak Anto:
Saya setuju. Takmir dan jamaah juga sering lebih sibuk urusan fisik bangunan, lupa urusan kemandirian sosial-ekonomi jamaah yang akan mendukung proses masjid makmur dari waktu ke waktu.

Pak Juma:
Ditambah lagi kurang pendampingan yang konsisten. Jamaah hadir shalat, tapi setelah itu pulang dengan masalah masing-masing tanpa solusi bersama yang ada dari takmir masjid.

Pak Anto:
Kalau begitu, di sinilah seharusnya peran dai, ustadz, dan mubaligh lebih luas ya?

Pak Juma:
Betul sekali. Selain mengajarkan shalat dan puasa, mereka harus jadi pendamping umat.

  • Pertama, memberi pencerahan hidup mandiri. Umat harus sadar bahwa rezeki datang dengan ikhtiar, bukan hanya doa.
  • Kedua, mendorong wirausaha umat. Jamaah harus diajak berdagang, bertani, atau beternak sesuai potensinya.
  • Ketiga, menguatkan jejaring sosial-ekonomi jamaah. Masjid bisa jadi pusat ekonomi umat, dengan koperasi syariah, BMT, atau UMKM lokal.
  • Keempat, membangun mentalitas umat yang kuat, dari mindset penerima bantuan menjadi pemberi manfaat.

Pak Anto:
Kalau begitu rumusnya jelas: jamaah shalat lima waktu + hidup mandiri (wirausaha) + jejaring ekonomi jamaah = umat yang kuat, mandiri, dan berdaya saing.

Pak Juma:
Itulah arah dakwah kita ke depan, Pak Anto. Bukan hanya menambah jumlah jamaah shalat, tapi juga membentuk jamaah pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang membantu umat sejahtera dan berdaya.

Diskusi rakyat sederhana agar mengalir dan mudah dipahami:

Diskusi Rakyat tentang Hutang Negara

Warga 1:
Kita dengar Indonesia punya hutang besar. Sebenarnya hutang itu untuk apa ya?

Warga 2:
Katanya sih untuk pembangunan: jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit. Tapi masalahnya, apakah benar semua hutang dipakai untuk kesejahteraan rakyat?

Warga 3:
Itu dia persoalannya. Kalau pemerintah sungguh-sungguh amanah, hutang bisa jadi modal pembangunan. Tapi kalau korupsi APBN tidak diatasi, hutang justru bocor, manfaatnya kecil, bebannya besar.

Warga 4:
Dan akhirnya hutang itu kan dibayar pakai uang rakyat—pajak, biaya layanan, bahkan potongan subsidi. Jadi rakyat yang menanggung.


Warga 1:
Kalau begitu, kenapa tidak memaksimalkan sumber daya kita sendiri? Tambang emas, nikel, batu bara, migas—itu semua kan kekayaan bangsa.

Warga 2:
Betul. Kalau tambang dikelola dengan baik, mestinya bisa membantu bayar hutang bahkan menyejahterakan rakyat. Tapi faktanya, banyak tambang dikuasai segelintir orang atau perusahaan asing.

Warga 3:
Lalu soal PLN, rakyat sering bertanya-tanya. PLN itu kan monopoli listrik. Sudah pasti untung, tapi kok kadang diumumkan merugi? Ada apa di balik itu?

Warga 4:
Nah, kalau BUMN strategis seperti PLN, Pertamina, atau tambang besar dikelola efisien dan bebas korupsi, mestinya bisa jadi penopang APBN. Bukan malah jadi beban rakyat.


Warga 1:
Jadi intinya, hutang negara bisa bermanfaat kalau dikelola benar dan hasilnya kembali ke rakyat. Tapi kalau ada kebocoran, korupsi, dan salah urus, rakyat lah yang paling menanggung akibatnya.

Warga 2:
Betul. Yang kita tuntut bukan sekadar pemerintah mampu bayar hutang, tapi pemerintah amanah dan adil, supaya kekayaan negeri dipakai sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk segelintir orang.


👉 Kesimpulan Diskusi Rakyat:

  1. Hutang negara seharusnya untuk pembangunan yang langsung menyejahterakan rakyat.
  2. Jika korupsi APBN tidak diberantas, hutang hanya menambah beban rakyat.
  3. Kekayaan tambang dan energi harus dikelola dengan baik untuk kemandirian bangsa.
  4. BUMN strategis seperti PLN dan Pertamina perlu transparan, akuntabel, dan benar-benar pro rakyat.

By MUI PINBAS

PINBAS MUI DIY, pusat inkubasi bisnis syariah. Sebuah lembaga yang kegiatannya mendampingi pelaku usaha UMKM dan Koperasi syariah serta media preneur terutama di DIY

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *