
🔹 Pak Ahmad (suami):
Kita sering dengar, katanya setan paling bangga kalau berhasil menceraikan pasangan suami-istri.
🔹 Bu Aisyah (istri):
Betul, karena keluarga yang retak bisa membuka pintu kerusakan yang lebih luas di masyarakat.
🔹 Pak Ahmad:
Makanya Rasulullah ﷺ mengingatkan kita untuk selalu menjaga pernikahan. Kalau setan anggap itu prestasi besar, seharusnya kita pun melihat: prestasi besar seorang suami-istri adalah ketika mampu merawat ibadah pernikahannya.
🔹 Bu Aisyah:
Ibadah pernikahan?
🔹 Pak Ahmad:
Ya, pernikahan itu bukan hanya ikatan lahir, tapi juga ibadah. Allah berfirman dalam QS. Ar-Ruum: 30, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu…”
Pernikahan itu bagian dari menjaga fitrah kita, agar tetap dalam ketaatan.
🔹 Bu Aisyah:
Jadi tugas kita bukan sekadar bertahan, tapi juga merawat dengan cinta, sabar, saling menasehati, agar rumah tangga ini menjadi prestasi besar di sisi Allah.
🔹 Pak Ahmad:
Benar. Prestasi besar bukan ketika kita menikah meriah, tapi ketika kita bisa menjaga pernikahan ini tetap sakinah, mawaddah, wa rahmah sampai akhir hayat.
Suami (Ahmad):
Sekali lagi, Kita sering dengar, setan paling berbangga kalau berhasil menceraikan pasangan suami-istri.
Istri (Aisyah):
Ya, karena hancurnya rumah tangga akan merusak keturunan dan merusak masyarakat. Itu prestasi besar bagi setan.
Suami (Ahmad):
Tapi sebaliknya, prestasi besar bagi kita sebagai pasangan adalah ketika kita mampu menjaga dan merawat pernikahan ini sebagai ibadah.
Istri (Aisyah):
Itulah yang diingatkan Allah dalam QS. Ar-Ruum ayat 20: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu menjadi manusia yang berkembang biak.”
Suami (Ahmad):
Betul. Dari tanah yang hina, Allah muliakan manusia dengan pasangan dan keturunan. Maka menjaga pernikahan berarti menjaga ayat Allah yang agung.
Istri (Aisyah):
Artinya, pernikahan ini bukan sekadar ikatan lahir, tapi amanah agar kita berkembang biak secara mulia, menjaga fitrah, dan menghadirkan generasi yang beriman.
Suami (Ahmad):
Maka mari kita rawat rumah tangga ini. Jangan biarkan setan mencatat prestasi dengan perpecahan kita, tapi mari kita persembahkan prestasi besar di sisi Allah dengan menjaga pernikahan hingga sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Suami (Ahmad):
Sekali lagi, Kita sering dengar, setan menganggap prestasi besarnya adalah ketika berhasil menceraikan suami-istri.
Istri (Aisyah):
Ya, karena perceraian bisa merusak keluarga, menghancurkan keturunan, dan melemahkan masyarakat.
Suami (Ahmad):
Tapi kita juga harus sadar, prestasi besar kita sebagai pasangan adalah jika mampu menjaga dan merawat ibadah pernikahan ini. Allah sudah mengingatkan dalam QS. Ar-Ruum ayat 21, “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang…”
Istri (Aisyah):
Subhanallah, berarti pernikahan itu bagian dari tanda kebesaran Allah. Kalau kita menjaganya, sama saja kita menjaga salah satu ayat Allah di muka bumi.
Suami (Ahmad):
Betul. Apalagi dalam ayat-ayat berikutnya (QS. Ar-Ruum: 22–26), Allah mengingatkan tanda kebesaran-Nya dalam perbedaan bahasa dan warna kulit, dalam tidur dan bangun, dalam hujan yang menghidupkan bumi yang mati, hingga dalam penciptaan langit dan bumi.
Istri (Aisyah):
Jadi, sebagaimana Allah menjaga alam semesta dengan keseimbangannya, kita pun harus menjaga rumah tangga dengan cinta, sabar, dan ibadah.
Suami (Ahmad):
Maka jangan sampai setan mendapat prestasi dari perpisahan kita. Mari kita raih prestasi besar di sisi Allah dengan menjaga pernikahan ini agar selalu sakinah, mawaddah, wa rahmah.
QS. Ar-Ruum: 20 (Surah Ar-Rum ayat ke-20), bunyinya adalah:
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍۖ ثُمَّ إِذَآ أَنتُم بَشَرٌ تَنتَشِرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.” (QS. Ar-Rum: 20)
🔹 Makna singkat ayat ini:
- Allah mengingatkan asal mula manusia dari tanah → mengajarkan kerendahan diri (tidak sombong).
- Dari tanah yang sederhana, Allah menciptakan manusia berpasangan dan berkembang biak → tanda kebesaran Allah.
- Perkembangan manusia, termasuk pernikahan dan keturunan, adalah bagian dari ayat-ayat (tanda-tanda) kebesaran Allah.
🔹 Relevansi dengan dialog pernikahan:
Ayat ini bisa dihubungkan bahwa pernikahan adalah jalan fitrah manusia untuk berkembang biak secara mulia. Dari tanah yang hina, Allah muliakan manusia dengan pasangan hidup, keturunan, dan keluarga. Menjaga pernikahan berarti menjaga salah satu ayat Allah di muka bumi.
