
Dialog #350 antara Pak Juma (PINBAS MUI DIY) dan Pak Anto (FBE UII) dengan tema “Konsisten Berjuang Menegakkan Keadilan.”
Pak Juma:
Pak Anto, kalau kita bicara soal perjuangan, bangsa kita sudah membuktikan. Dari masa penjajahan hingga meraih kemerdekaan, yang menjadi pondasi utama adalah iman, persatuan, dan semangat menegakkan keadilan.
Pak Anto:
Betul, Pak Juma. Tantangan sekarang berbeda. Kita tidak lagi mengusir penjajah asing, tetapi bagaimana mengusir “penjajahan” dalam bentuk baru: kesenjangan ekonomi, korupsi, kolusi, nepotisme, dan ketidakadilan dalam hukum yang dilakukan oleh warga bangsa sendiri yang sedang diberi amanat tapi tidak sadar diri sedang membawa amanat.
Pak Juma:
Nah, di sinilah pentingnya konsistensi. Menegakkan keadilan tidak boleh setengah hati. Kalau masyarakat melihat pemimpin, aparat, dan akademisi tidak adil, mereka akan kehilangan kepercayaan.
Pak Anto:
Saya sepakat. Bahkan di kampus, kami selalu menekankan bahwa keadilan adalah inti dari pembangunan ekonomi. Ekonomi yang adil melahirkan kemakmuran, sedangkan ekonomi yang timpang hanya melahirkan konflik sosial.
Pak Juma:
Tepat sekali. Di PINBAS, kami berusaha mendorong UMKM syariah agar tumbuh, karena itu bagian dari keadilan ekonomi. Jangan sampai hanya perusahaan besar yang berkembang, sementara rakyat kecil tersisih.
Pak Anto:
Itu sejalan dengan konsep inclusive economy. Keadilan harus hadir dalam distribusi peluang, akses permodalan, bahkan akses pasar. Kalau UMKM diberdayakan secara adil, maka kemakmuran akan merata.
Pak Juma:
Dan jangan lupa, keadilan itu bukan hanya ekonomi, tapi juga sosial dan spiritual. Islam mengajarkan ihsan dan akhlak mulia. Kalau semua pemimpin dan rakyat berakhlak, keadilan akan hidup di tengah masyarakat.
Pak Anto:
Saya jadi ingat pepatah: adil dalam kemakmuran, makmur dalam keadilan. Inilah cita-cita bangsa. Kalau kita konsisten berjuang menegakkan keadilan, maka Indonesia bisa benar-benar menjadi negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Pak Juma:
Amin. Maka perjuangan kita adalah menjaga konsistensi itu. Tidak boleh menyerah, tidak boleh kompromi dengan ketidakadilan. Inilah warisan perjuangan pendiri bangsa yang harus kita teruskan.
Mari kita lanjut materi dialog ini untuk kajian bersama atau refleksi kemerdekaan.

Konsisten berjuang menegakkan keadilan, jauh dari nepotisme dan kolusi” bisa dimaknai sebagai prinsip integritas dan komitmen moral dalam kepemimpinan maupun kehidupan bermasyarakat.
🔑 Makna utamanya:
- Konsisten berjuang menegakkan keadilan → selalu berpihak pada kebenaran, memberi hak sesuai porsinya, tidak diskriminatif, serta berani melawan ketidakadilan.
- Jauh dari nepotisme → tidak mendahulukan keluarga, teman, atau kelompok tertentu hanya karena hubungan pribadi.
- Jauh dari kolusi → menolak kerjasama yang tidak sehat untuk keuntungan pribadi atau kelompok, terutama jika merugikan masyarakat dan negara.
🌱 Nilai yang terkandung:
- Integritas (jujur dan dapat dipercaya)
- Profesionalisme (menilai berdasarkan kompetensi, bukan kedekatan)
- Amanah (bertanggung jawab atas jabatan/posisi yang diemban)
- Transparansi (terbuka dalam proses pengambilan keputusan)

Adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan” sangat indah dan sarat makna filosofis.
✨ Makna Utama:
- Adil dalam kemakmuran → ketika masyarakat sudah makmur, keadilan tetap dijaga agar kemakmuran tidak hanya dinikmati segelintir orang.
- Makmur dalam keadilan → keadilan menjadi dasar yang melahirkan kemakmuran bersama, karena hak setiap orang terpenuhi.
🌱 Nilai yang terkandung:
- Keadilan sosial: semua orang mendapat hak yang sama dalam kesempatan, pendidikan, pekerjaan, dan kesejahteraan.
- Pemerataan kemakmuran: tidak ada kesenjangan tajam antara si kaya dan si miskin.
- Keberlanjutan (sustainable justice & prosperity): keadilan dan kemakmuran saling menguatkan, bukan dipisahkan.
- Pancasila: sejalan dengan sila ke-5, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.”
🔹 Versi Motto Ringkas:
- “Adil membuahkan makmur, makmur menjaga adil.”
- “Keadilan dasar kemakmuran, kemakmuran terjaga dengan keadilan.”
- “Makmur berkat adil, adil membawa makmur.”
