
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan segenap potensi akal dan jiwa. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, suri teladan utama dalam akhlak dan keseimbangan hidup.
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan kali ini, mari kita merenung sejenak tentang satu aspek penting dalam diri kita, yaitu ego.
Pertama, apa itu ego?
Dalam kajian psikologi, khususnya psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, ego adalah bagian dari jiwa manusia yang bertugas menjadi penengah. Ia mengatur keseimbangan antara dua kekuatan besar dalam diri kita:
- Id — yaitu dorongan naluriah atau insting dasar manusia, seperti keinginan untuk makan, bersenang-senang, marah, dan lain sebagainya.
- Superego — yaitu suara hati, nilai moral, dan prinsip hidup yang kita dapat dari agama, orang tua, guru, dan masyarakat.
Kedua, apa itu superego?
Superego adalah semacam hati nurani. Ia mewakili nilai kebaikan, larangan-larangan agama, dan norma sosial. Superego menekan dorongan-dorongan yang dianggap tidak baik agar manusia bisa hidup mulia dan bermartabat.
Lalu, bagaimana cara memiliki ego yang baik?
Ego yang baik adalah ego yang seimbang — tidak hanya tunduk pada dorongan kesenangan (Id), tetapi juga tidak terlalu keras menekan diri karena standar moral yang terlalu tinggi dari superego.
Ego yang sehat akan:
- Membuat kita bijak dalam mengambil keputusan.
- Mendorong kita berkompromi saat berhadapan dengan perbedaan pendapat.
- Menuntun kita untuk tetap tahan terhadap godaan, tapi tidak menekan diri hingga stres.
- Membangun pribadi yang bisa hidup harmonis dengan orang lain, namun tetap tahu dan menjaga prinsip diri.
Saudaraku,
Terkadang kita merasa benar sendiri. Kita marah ketika orang lain tidak sesuai harapan. Kita memaksakan kehendak. Itu bisa jadi tanda bahwa ego kita sedang tidak seimbang.
Ego bukan untuk disingkirkan, tapi untuk dikendalikan. Ketika ego dikelola dengan baik, ia menjadi alat untuk pertumbuhan diri, bukan alat untuk menjatuhkan orang lain.
Mari kita renungkan bersama:
Sudah tepatkah kita menempatkan ego dalam hidup kita?
Akhir kata, semoga Allah SWT membimbing kita semua untuk menjadi pribadi yang kuat, dewasa, dan mampu menyeimbangkan dorongan hati dan tuntunan iman, agar hidup kita lebih tenang, bijak, dan bermanfaat.
*Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.