Dr. Hj. Ifah Rofiqoh, Dosen Pascasarjana UTY dan Pengurus PINBAS MUI DIY.

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang memuliakan orang-orang yang peduli kepada anak yatim. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, suri teladan yang paling mulia.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dalam Islam, anak yatim memiliki kedudukan yang sangat mulia, dan orang-orang yang peduli terhadap anak yatim dijanjikan kedekatan dengan Nabi Muhammad SAW di surga.

Rasulullah SAW bersabda:

“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini.”
(HR. Bukhari, sambil beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah, dan merenggangkan keduanya).

Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang merawat anak yatim—bukan hanya memberi makan, tetapi menanggung kehidupannya dan membimbingnya hingga dewasa—memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah.

Merawat Anak Yatim dalam Bentuk Pendidikan

Di zaman ini, salah satu bentuk nyata dalam memuliakan anak yatim adalah memberikan mereka akses pendidikan yang layak, dari tingkat SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi. Karena pendidikan adalah jalan menuju kemuliaan hidup, kemandirian, dan keberdayaan.

Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik, sampai dia dewasa.” (QS. Al-An’am: 152)

Ayat ini tidak hanya memerintahkan kita menjaga harta anak yatim, tetapi juga memeliharanya dengan cara yang terbaik, termasuk mempersiapkan masa depannya melalui pendidikan dan kehidupan yang layak.

Memberikan beasiswa dan biaya hidup kepada anak yatim berarti menjembatani mereka agar tumbuh menjadi pribadi yang kuat, cerdas, dan bertaqwa. Ini bukan sekadar sedekah, tapi investasi akhirat yang pahalanya terus mengalir.

Mengangkat Martabat Anak Yatim

Pendidikan bukan hanya soal ilmu. Ketika kita membantu anak yatim sekolah hingga ke perguruan tinggi, kita mengangkat martabatnya di tengah masyarakat. Kita sedang menghapus stigma kemiskinan dan memberi mereka harapan baru.

Dalam QS. Ad-Duha, Allah menegur mereka yang melalaikan anak yatim:

“Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.”
(QS. Ad-Duha: 9)

Maka mari kita tidak hanya menyantuni anak yatim sekali waktu, tetapi merawatnya secara berkelanjutan—dengan pendidikan, pembinaan, dan penghidupan—hingga mereka mampu mandiri dan bahkan menyantuni yatim yang lain.

Harapan:

Hadirin sekalian, marilah kita jadikan hidup kita lebih berarti dengan ikut serta menjadi penanggung pendidikan anak-anak yatim, baik melalui donasi rutin, beasiswa, atau pengasuhan langsung.

Bayangkan, berapa banyak pahala yang mengalir setiap kali mereka belajar, shalat, bekerja, dan menjadi orang bermanfaat di masyarakat. Insya Allah, kita akan mendapat bagian dari amal jariyah itu.

Wallahu a’lam bish-shawab.
Semoga Allah menjadikan kita hamba yang peduli terhadap anak yatim, dan memberikan keberkahan dalam rezeki, usia, dan keluarga kita dimulai dari keluarga kita dan tetangga kita.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

By MUI PINBAS

PINBAS MUI DIY, pusat inkubasi bisnis syariah. Sebuah lembaga yang kegiatannya mendampingi pelaku usaha UMKM dan Koperasi syariah serta media preneur terutama di DIY

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *