
Kultum singkat kali ini ttg bagaimana seharusnya sikap seorang Muslim dalam menghadapi konflik seperti perlawanan Iran terhadap Israel—yang dimulai dari serangan Israel dan Amerika kepada Iran. Kultum ini dibingkai dalam perspektif Islam yang damai, adil, dan mendalam. Gambar foto sebagai ilustrasi.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Hari-hari ini kita menyaksikan berita panas dari Timur Tengah. Israel menyerang Iran lebih dulu, bahkan Amerika turut campur menyerang wilayah Iran. Kini, Iran melakukan perlawanan. Peristiwa ini membuat dunia tegang, umat Islam sedunia ikut prihatin.
Sebagai umat Islam, apa sikap kita?
Apakah cukup hanya mengutuk? Atau ikut marah membabi buta?
Mari kita renungkan sejenak dengan hati jernih dan iman yang terang.
1. Islam adalah agama keadilan dan perdamaian
Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 10:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
Islam menolak agresi dan penyerangan sepihak. Dalam hukum internasional maupun syariat Islam, menyerang lebih dulu tanpa sebab yang dibenarkan adalah bentuk pelanggaran.
Maka, penyerangan oleh Israel dan Amerika terhadap Iran termasuk tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip saling menghormati kedaulatan bangsa, sebagaimana disepakati dalam Piagam PBB dan hukum internasional.
2. Perlawanan terhadap penindasan adalah hak setiap bangsa
Allah juga berfirman dalam QS. Al-Hajj ayat 39:
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka telah dizalimi. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.”
Dalam konteks ini, Iran yang diserang lebih dulu memiliki hak untuk mempertahankan diri.
Ini bukan sekadar politik, tetapi masalah keadilan dan harga diri bangsa.
3. Lalu apa peran kita sebagai umat Islam di Indonesia?
Pertama, bersikap adil dan objektif.
Jangan terjebak dalam fanatisme buta atau ikut menyebarkan provokasi.
Islam mengajarkan kita untuk berpihak pada kebenaran, bukan sekadar pada satu kelompok yang cocok dengan kita tapi bertentangan dengan semangat ajaran Al Qur’an yang damai.
Kedua, doakan saudara-saudara kita yang menjadi korban.
Baik di Iran, Palestina, Suriah, maupun di manapun mereka berada.
Doa seorang Muslim adalah senjata yang sangat kuat baginya yang sedang menderita peperangan.
Ketiga, perkuat persatuan umat dan peradaban Islam.
Alih-alih ikut menyebar hoaks dan kebencian, mari kita bangun kekuatan umat lewat ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan kebudayaan Islam yang damai.
Inilah cara terbaik melawan ketidakadilan global dengan sikap belajar mandiri.
Harapan:
Mari jadikan konflik ini sebagai bahan muhasabah.
Sudahkah kita menjadi Muslim yang adil, damai, dan mencintai sesama?
Sudahkah kita aktif mendukung perdamaian, bukan sekadar reaktif dengan amarah tiap ada masalah?
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya…”
(QS. Al-Anfal: 61)
Semoga Allah meneguhkan hati kita dalam menghadapi fitnah akhir zaman.
Semoga dunia segera damai dan umat Islam bangkit menjadi rahmat bagi semesta alam.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


