
Q.S. As-Saff [61]: 8: “Yurīdūna liyuṭfi’ū nūrallāhi bi-afwāhihim, wallāhu mutimmu nūrihī walau karihal-kāfirūn” “Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir tidak menyukai.”
1. Makna Ayat:
Ayat ini menggambarkan realita yang terus berulang dalam sejarah Islam: selalu ada upaya sistematis untuk melemahkan, mengaburkan, bahkan memadamkan dakwah Islam.
Namun Allah memberi jaminan: cahaya Islam tidak akan pernah padam. Bahkan ketika musuh-musuh Islam bersatu untuk meredamnya, Allah sendirilah yang akan menyempurnakan cahaya-Nya.
Cahaya Allah di sini bermakna:
- Petunjuk-Nya (al-huda). Saatnya terus ditingkatkan dijemput dengan lakukan amal baik
- Wahyu-Nya (al-Qur’an). Saatnya terus dijemput dengan lakukan kajian Al Qur’an rutin
- Kebenaran ajaran Islam (dien al-haqq). Saatnya dibuat modelnya sesuai jamannya agar makin dikenal ajaran Islam untuk solusi kehidupan umat manusia se dunia.
2. Ciri-Ciri Pelemahan Dakwah Islam di Tingkat Lokal, Nasional, dan Global:
Dulu (zaman Rasulullah hingga Khilafah):
- Fitnah dan intimidasi terhadap Nabi dan para sahabat (di Makkah)
- Tuduhan Nabi gila, penyihir, pemecah belah keluarga
- Blokade ekonomi dan sosial terhadap kaum Muslimin, pajak makin tinggi.
- Perang opini melalui syair dan media lisan
Sekarang (lokal hingga global):
A. Lokal (kampung/desa/kota):
- Stigma negatif terhadap ustadz/aktivis dakwah (“radikal”, “intoleran”)
- Dihentikannya pengajian dengan alasan “mengganggu ketertiban”
- Dana umat tersendat untuk kegiatan dakwah
- Penyempitan peran masjid hanya untuk ibadah ritual. Padahal masjid seharusnya dimakmurkan sesuai fungsinya seperti untuk baitullah, baitut tarbiyah, baitud dakwah, baitul maal, baitul mu’ammalah, baitusy syiasah, dan lainnya.
B. Nasional:
- Kurikulum pendidikan Islam dirampingkan hingga ada agenda menghilangkan.
- RUU yang membatasi ruang gerak ormas Islam, TOA masjid diatur, dangdut dilonggarkan, dll
- Penyusutan media dakwah di kanal TV, radio, dan media sosial mainstream
C. Global:
- Islamophobia: kampanye terorganisir bahwa Islam itu ancaman
- Invasi pemikiran (ghazwul fikri): pluralisme, relativisme agama, sekularisme
- Pemutusan generasi muda Muslim dari akar sejarah dan kebanggaan keislaman
- Krisis media Islam global, informasi bias dan tidak proporsional
3. Apa yang Umat Islam Harus Lakukan agar Cahaya Dakwah Tetap Menyala:
A. Perkuat internal umat:
- Ilmu: belajar agama dengan benar dan bertahap
- Adab: menyampaikan Islam dengan akhlak mulia
- Silaturahmi: bangun ukhuwah lintas ormas, lintas majelis, lintas usia
- Ekonomi: kemandirian umat melalui UMKM syariah dan BMT
B. Kuasai media dan narasi:
- Aktif di media sosial untuk menyampaikan Islam
- Gunakan video, poster, podcast sebagai alat dakwah
- Buat gerakan narasi positif Islam di tingkat RT hingga global
C. Gunakan Masjid sebagai pusat peradaban:
- Bukan sekadar tempat salat, tapi juga pusat ilmu, bisnis, dan sosial
- Jadikan masjid sebagai inkubator ekonomi syariah, parenting Islam, dan pelatihan generasi Qur’ani
D. Konsolidasi kekuatan umat secara cerdas:
- Bentuk ekosistem dakwah yang kuat: akademisi, pebisnis, komunitas, media, dan pemerintah lokal (ABCGM)
- Fokus pada isu strategis umat: ketahanan pangan, ekonomi halal, literasi zakat-infaq, dll.
Penutup:
“Jangan khawatir dakwah Islam akan padam. Yang perlu dikhawatirkan adalah jika kita tidak ikut menyalakan cahayanya.” Hanya diam dan suka menyalahkan, ganggu kajian ilmu/ pengajian, bukan ikut menyala kan dengan dukung dakwah Islam yang ada agar umat makin tercerahkan.
Mari kita menjadi bagian dari cahaya Allah yang terus menyala—melalui ilmu, amal, akhlak, dan kontribusi nyata di tengah masyarakat.
Wallāhu mutimmu nūrihī…
“Dan Allah akan menyempurnakan cahaya-Nya…”
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

