
Dialog antara Pak Anto (P3EI FBE UII) dan Pak Juma (PINBAS MUI DIY) mengenai tema Halal Itu Tidak Hanya Baca Bismillah saja Saat Menyembelih Hewan. Hal itu jika keadaannya dikaitkan dengan hasil daging dari sembelihan berstandar ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal).
Pak Anto:
Pak Juma, seringkali masyarakat memahami halal itu cukup dengan membaca bismillah saat menyembelih hewan. Padahal, apakah itu sudah cukup menjamin kehalalan dagingnya?
Pak Juma:
Betul sekali, Pak Anto. Membaca bismillah memang wajib, tapi halal tidak berhenti di situ. Dalam standar ASUH, halal harus diiringi dengan aman, sehat, dan utuh. Jadi proses penyembelihan hingga pengolahan harus diperhatikan.
Pak Anto:
Kalau dari sisi “aman”, apa yang dimaksud dalam konteks ini, Pak Juma?
Pak Juma:
“Aman” artinya daging tidak tercemar oleh penyakit, bakteri, atau bahan berbahaya. Hewan harus dipastikan sehat sebelum disembelih. Misalnya ada Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari dokter hewan.
Pak Anto:
Berarti “sehat” juga berkaitan dengan kualitas dagingnya ya?
Pak Juma:
Ya, “sehat” berarti daging yang dihasilkan layak konsumsi, tidak berbau, tidak cepat busuk, dan diproses dengan cara higienis. Banyak RPH atau RPU yang lalai soal kebersihan, padahal ini sangat menentukan.
Pak Anto:
Kalau “utuh”, apakah maksudnya tidak tercampur dengan yang haram?
Pak Juma:
Tepat sekali. “Utuh” itu tidak rusak mutunya dan tidak tercampur dengan bahan non-halal. Misalnya tidak bercampur dengan darah yang tidak keluar sempurna, atau tidak terkena kontaminasi dari daging babi di tempat pemotongan.
Pak Anto:
Dan terakhir “halal”, jelas ya, harus sesuai syariat: penyembelih muslim, membaca bismillah, memotong tiga saluran (tenggorokan, kerongkongan, dan pembuluh darah), serta memastikan hewan mati karena sembelihan, bukan karena hal lain.
Pak Juma:
Betul. Jadi bisa kita simpulkan, halal itu bukan hanya baca bismillah, tapi sebuah rangkaian proses yang menyeluruh. Dari hulu ke hilir harus memenuhi standar ASUH: Aman, Sehat, Utuh, Halal.
Pak Anto:
Nah, inilah pentingnya edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha. Supaya umat tidak hanya puas dengan label halal, tapi juga sadar akan standar ASUH.
Pak Juma:
Ya, karena Islam tidak hanya bicara halal secara hukum, tapi juga thayyib atau baik untuk kesehatan. Inilah esensi “halalan thayyiban”.

Halal Itu Tidak Hanya Baca Bismillah Saat Menyembelih Hewan yang dikaitkan dengan standar ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal):
Halal Itu Tidak Hanya Baca Bismillah Saat Menyembelih
الحمد لله الذي أحل لنا الطيبات وحرم علينا الخبائث، والصلاة والسلام على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.
Seringkali kita memahami halal hanya sebatas membaca Bismillah ketika menyembelih hewan. Padahal, konsep halal dalam Islam jauh lebih luas. Allah SWT berfirman:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi…” (QS. Al-Baqarah: 168)
Ayat ini menegaskan bahwa halal harus dibarengi dengan thayyib (baik, sehat, dan bermanfaat).
Maka dari itu, dalam penyediaan daging untuk konsumsi umat, tidak cukup hanya melafalkan Bismillah, tetapi harus memenuhi standar ASUH:
- Aman – Daging harus aman dari penyakit, bebas dari kontaminasi bakteri, dan diproses dengan higienis. Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kalian membahayakan diri kalian dan jangan pula membahayakan orang lain.” (HR. Ibnu Majah).
- Sehat – Hewan yang disembelih harus sehat, bukan hewan yang sakit atau cacat sehingga dagingnya membawa mudharat.
- Utuh – Daging tidak boleh dicampur dengan zat haram atau berbahaya. Utuh berarti asli, tidak dipalsukan atau dicampur dengan bahan meragukan.
- Halal – Proses penyembelihan harus sesuai syariat: hewan halal, penyembelihnya muslim yang berakal, membaca Bismillah, serta memotong tiga saluran penting (urat nadi, tenggorokan, dan saluran makanan).
Inilah makna mendalam dari halal: bukan sekadar ritual membaca Bismillah, melainkan memastikan dari awal sampai akhir prosesnya sesuai dengan syariat dan menjamin kemaslahatan umat. Dengan standar ASUH, daging yang kita konsumsi benar-benar memberikan keberkahan, kesehatan, dan kekuatan ibadah kepada Allah SWT.
Semoga kita semua senantiasa berhati-hati dalam memilih dan mengkonsumsi makanan, karena dari yang halal dan baiklah doa-doa kita diijabah oleh Allah.
والله أعلم بالصواب

Halal Itu Tidak Hanya Baca Bismillah Saat Menyembelih
- Pembuka
- Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW.
- Tema kita: halal tidak cukup hanya baca Bismillah saat menyembelih, tapi juga harus memenuhi standar ASUH.
- Dalil Al-Qur’an
- QS. Al-Baqarah: 168 → “Makanlah yang halal lagi baik…”
- Halal = sesuai syariat,
- Thayyib = sehat, bermanfaat.
- Standar ASUH
- Aman: daging harus bersih, tidak berbahaya, bebas penyakit.
- Sehat: hewan yang disembelih harus sehat.
- Utuh: daging tidak dicampur bahan haram/palsu.
- Halal: disembelih sesuai syariat (hewan halal, penyembelih muslim, baca Bismillah, potong 3 saluran).
- Pesan Nabi SAW
- “Janganlah kalian membahayakan diri dan orang lain.” (HR. Ibnu Majah)
- Makanan halal & baik → doa mudah dikabulkan, ibadah lebih khusyuk.
- Penutup
- Halal bukan sekadar ritual baca Bismillah, tapi memastikan dari hulu ke hilir sesuai syariat & bermanfaat bagi umat.
- Mari jaga makanan kita agar halal, thayyib, dan ASUH.
والله أعلم بالصواب

