Apa yang harus dilakukan (Do’s) dan apa yang harus dihindari (Don’ts) oleh pengelola dakwah pendidikan Al-Qur’an di era digital, agar dakwah Qur’ani tetap hidup dan sampai ke jamaah masjid baik offline maupun online.


✅ Yang Harus Dilakukan (Do’s):

  1. Mengintegrasikan Teknologi Digital
    • Membuat kelas Al-Qur’an online (Zoom, Google Meet, YouTube live).
    • Menyediakan rekaman kajian sehingga jamaah bisa belajar ulang kapan saja.
    • Gunakan aplikasi mobile untuk setoran hafalan atau muraja’ah.
  2. Membuat Konten Qur’ani Kreatif
    • Video pendek (1–3 menit) tentang tafsir singkat, tajwid praktis, doa harian dari Qur’an.
    • Infografis tentang hukum bacaan, adab membaca Qur’an, dan kisah Qur’ani.
    • Podcast atau siaran audio untuk jamaah yang lebih suka mendengar.
  3. Mengelola Interaksi Offline & Online Secara Seimbang
    • Majelis taklim di masjid tetap dijaga, tapi diperkuat dengan dokumentasi online.
    • Kegiatan halaqah, tahsin, dan tahfidz bisa hybrid (tatap muka + online).
    • Bentuk komunitas jamaah Qur’an via WhatsApp/Telegram untuk komunikasi harian.
  4. Meningkatkan Kompetensi Dai & Guru Qur’an
    • Latih mereka agar melek digital (editing video, desain sederhana, live streaming).
    • Beri pelatihan public speaking & pedagogi agar dakwah lebih menyentuh.
  5. Mengedepankan Akhlak dan Keteladanan
    • Menyampaikan dakwah dengan bahasa lembut, hikmah, dan penuh kasih.
    • Menjadi role model: guru Qur’an bukan hanya pengajar, tapi teladan.

❌ Yang Harus Dihindari (Don’ts):

  1. Jangan Hanya Fokus pada Teknologi, Lupa Esensi
    • Media digital hanyalah alat, jangan sampai substansi Qur’an dan ruh dakwah hilang.
  2. Jangan Menyampaikan Dakwah dengan Bahasa Kasar/Provokatif
    • Hindari ujaran kebencian, saling menyalahkan, atau fanatisme kelompok.
  3. Jangan Membuat Konten Asal Viral
    • Konten dakwah harus ilmiah, shahih, dan jelas sumbernya.
    • Jangan terjebak pada sensasi, clickbait, atau hoaks.
  4. Jangan Abaikan Jamaah Offline
    • Masjid tetap pusat dakwah. Jangan sampai sibuk di media sosial tapi kegiatan tatap muka di masjid kosong.
  5. Jangan Komersialisasi Berlebihan
    • Boleh ada monetisasi (YouTube, donasi digital), tapi jangan sampai dakwah terasa seperti bisnis yang mengejar profit.

📌 Kesimpulan:
Pengelola dakwah pendidikan Al-Qur’an era digital harus memadukan teknologi dengan keteladanan, menyampaikan pesan Qur’an dengan hikmah, serta menjaga keseimbangan offline-online agar jamaah tetap terikat dengan masjid sekaligus mendapat manfaat dakwah dari manapun.

By MUI PINBAS

PINBAS MUI DIY, pusat inkubasi bisnis syariah. Sebuah lembaga yang kegiatannya mendampingi pelaku usaha UMKM dan Koperasi syariah serta media preneur terutama di DIY

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *