Bapak-Ibu jamaah yang dirahmati Allah,

Setiap kita tentu mendambakan hidup sehat dan bahagia. Namun perlu kita sadari, kebahagiaan sejati (well-being) tidak hanya diukur dari harta benda, rumah megah, atau status sosial yang tinggi. Kebahagiaan sejati justru lahir dari pengalaman hidup yang bermakna, keterlibatan dalam aktivitas yang positif, serta kemampuan mengembangkan potensi diri.

Dalam psikologi, Maslow menjelaskan bahwa manusia memiliki jenjang kebutuhan. Setelah kebutuhan dasar tercapai—seperti makan, keamanan, pergaulan, dan penghargaan—manusia bergerak ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu aktualisasi diri. Inilah puncak dari kebutuhan manusia.

Aktualisasi diri berarti mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan unik yang Allah titipkan, lalu menggunakannya untuk memberi kontribusi kepada sesama. Dari sinilah lahir kebahagiaan yang mendalam, atau yang disebut eudaimonic happiness. Bukan sekadar kesenangan sesaat (hedonic happiness), melainkan kebahagiaan yang stabil, tahan uji, dan penuh makna.

Sering kali kita lihat, ada orang yang serba berkecukupan secara materi, namun merasa hampa karena potensinya tidak tersalurkan. Sebaliknya, ada orang yang sederhana, tetapi hidupnya penuh semangat karena terus mengasah diri dan memberi manfaat bagi masyarakat.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad). Inilah aktualisasi diri dalam perspektif Islam—menjadi versi terbaik dari diri kita, dan terus berkontribusi untuk kesejahteraan umat.

Maka, semakin bertambah usia, jangan berhenti berproses. Jadikan masa tua bukan sekadar waktu istirahat, tetapi masa panen pahala dan amal kebaikan. Teruslah berkreasi, menebar ilmu, mendampingi keluarga, serta menginspirasi generasi muda.

Semoga kita semua dikaruniai kesehatan, umur yang berkah, dan kebahagiaan yang mendalam karena telah mengaktualisasikan diri di jalan Allah.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Kebahagiaan (well-being) tidak sekadar diukur dari kepemilikan barang atau status sosial, melainkan lebih pada pengalaman bermakna, keterlibatan, dan pencapaian potensi diri.

  1. Menurut Maslow, manusia tidak berhenti pada pemenuhan kebutuhan dasar (fisik, keamanan, sosial, dan penghargaan), melainkan bergerak ke tingkat tertinggi yaitu aktualisasi diri.
  2. Seseorang menemukan kepuasan bukan dari seberapa banyak benda yang dimiliki, melainkan dari bagaimana ia bisa mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan uniknya untuk memberi kontribusi.
  3. Aktualisasi diri membuat individu merasakan “eudaimonic happiness” atau kebahagiaan yang bersifat mendalam, bukan hanya “hedonic happiness” yang sifatnya sesaat.
  4. Manusia adalah makhluk dengan tendensi aktualisasi, dorongan bawaan untuk berkembang menuju versi terbaik dari dirinya.
  5. Kepemilikan materi memang dapat memberikan kenyamanan, tetapi tidak selalu menyentuh inti psikologis terdalam. Justru ketika seseorang mampu mengekspresikan kreativitas, menjalin hubungan otentik, serta merealisasikan potensi dalam pekerjaan, pendidikan, maupun pelayanan sosial, ia mengalami rasa utuh dan bahagia.
  6. Kebahagiaan berkelanjutan lebih erat kaitannya dengan keterlibatan (flow), makna hidup, dan pencapaian diri, daripada sekadar akumulasi materi.
  7. Banyak orang yang mungkin memiliki “koleksi lengkap” seperti rumah, mobil, atau status sosial tetapi tetap merasa hampa pa pa pa karena potensi terbaiknya belum digunakan. Sebaliknya, individu yang mungkin sederhana secara materi, tetapi terus mengasah diri dan memberi dampak, justru merasakan hidup yang penuh makna.
  8. Psikologi melihat, manusia yang bahagia adalah mereka yang mampu mengekspresikan bakat, mengatasi rintangan perkembangan, hidup sesuai nilai personal, serta memberi kontribusi bagi orang lain. Inilah yang menjadikan kebahagiaan bersifat mendalam, stabil, dan tidak mudah rapuh meski kondisi eksternal berubah.
  9. Jadilah versi terbaik dari diri sendiri, dan teruslah berkontribusi bagi kesejahteraan rakyat. Yes.

By MUI PINBAS

PINBAS MUI DIY, pusat inkubasi bisnis syariah. Sebuah lembaga yang kegiatannya mendampingi pelaku usaha UMKM dan Koperasi syariah serta media preneur terutama di DIY

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *