Dr. Ifah Rofiqoh, SE, M.Si, Pengurus PINBAS MUI DIY –

Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang istiqamah hingga akhir zaman.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Ada satu momen yang begitu membekas dalam hati saya saat berkesempatan shalat berjamaah di Masjidil Haram. Saat itu, imam membaca firman Allah dalam Surat Al-Fajr ayat 27-30:

يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ ۝ ٱرْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةًۭ مَّرْضِيَّةًۭ ۝ فَٱدْخُلِى فِى عِبَٰدِى ۝ وَٱدْخُلِى جَنَّتِى

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30)

Mendengar ayat ini, air mata saya tak terbendung. Seolah-olah Allah sedang berbicara langsung, mengajak kita untuk menjadi jiwa yang tenang, yang siap kembali kepada-Nya dengan penuh keimanan dan amal shalih.

Mengapa Ayat Ini Begitu Menggugah Hati?

1. Seruan yang Menenangkan Jiwa

Allah memanggil kita dengan panggilan yang begitu indah: “Yaa ayyatuha an-nafsul muthma’innah”Wahai jiwa yang tenang.

Jiwa yang tenang adalah jiwa yang selalu berserah diri kepada Allah, yakin bahwa segala takdir-Nya adalah yang terbaik. Jiwa seperti ini akan merasakan ketenangan meski sedang dilanda ujian, karena hatinya penuh dengan keimanan.

Saat mendengar ayat ini di Masjidil Haram, terasa begitu jelas bahwa inilah tujuan hidup kita: mencapai jiwa yang tenang agar dipanggil Allah dengan penuh kasih sayang.


2. Janji Allah yang Penuh Cinta

Ayat berikutnya mengajak kita untuk kembali kepada Allah:

“Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai.”

Bayangkan, Allah tidak hanya meminta kita untuk taat, tetapi juga menginginkan kita merasakan kebahagiaan dalam ketaatan tersebut.

Ridha di sini berarti kita menerima segala ketetapan Allah dengan ikhlas, baik yang menyenangkan maupun yang penuh ujian. Dan Allah pun berjanji akan meridhai kita sebagai hamba-Nya yang dicintai.


3. Undangan Masuk Surga yang Penuh Kemuliaan

Ayat terakhir mengundang jiwa yang tenang untuk masuk ke dalam golongan para hamba Allah yang mulia, lalu ke dalam surga-Nya yang penuh kenikmatan.

Inilah harapan tertinggi bagi setiap Muslim. Surga bukan hanya soal nikmat yang tak terbayangkan, tetapi juga perjumpaan yang indah dengan Allah SWT.


Pelajaran Penting untuk Kita

Momen mendengar ayat ini di Masjidil Haram mengingatkan saya bahwa untuk mencapai jiwa yang tenang, ada tiga hal yang harus kita upayakan:

  1. Menjaga shalat dengan khusyuk.
  2. Bersabar dalam menghadapi ujian hidup.
  3. Memperbanyak istighfar, dzikir, dan doa agar hati selalu dekat dengan Allah.

Harapan

Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menjaga keimanan dan keikhlasan agar kelak saat dipanggil Allah SWT, kita termasuk jiwa-jiwa yang tenang, yang disambut dengan panggilan penuh cinta:

“Masuklah ke dalam surga-Ku.”

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ النَّفْسِ الْمُطْمَئِنَّةِ
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang memiliki jiwa yang tenang.”

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

By MUI PINBAS

PINBAS MUI DIY, pusat inkubasi bisnis syariah. Sebuah lembaga yang kegiatannya mendampingi pelaku usaha UMKM dan Koperasi syariah serta media preneur terutama di DIY

2 thoughts on “Kultum 38: “Haru Biru Mendengar Surat Al-Fajr Ayat 27-30 di Masjidil Haram””

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *