
Sleman, pinbasmui.com – Upaya penguatan tata kelola koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah dilakukan Puskopsyah Formes Skd Sleman dengan melaksanakan studi banding ke BMT Tamzis Bina Utama di Wonosobo pada Selasa (7/10/2025).
Rombongan berjumlah 38 orang yang terdiri dari pengurus, pengawas manajemen dan dewan pengawas syariah, serta perwakilan dari BMT-BMT anggota Puskopsyah Formes Skd Sleman
Setelah melakukan perjalanan dari Sleman sejak jam 06.10 WIB akhirnya kegiatan studi banding bisa dimulai jam 09.30 WIB di kantor pusat BMT Tamzis Bina Utama Wonosobo.
Ketua Pengurus KSPPS Puskopsyah Formes Skd, Bambang Susanto, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kesediaan BMT Tamzis menerima kunjungan tersebut. “Tujuan utama kami adalah ngangsu kaweruh, belajar dari praktik terbaik BMT Tamzis yang sudah dikenal luas dan memiliki banyak cabang, termasuk di Yogyakarta,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus BMT Tamzis Bina Utama, Saat Suharto, menegaskan bahwa hubungan BMT Tamzis dan Puskopsyah Formes sudah terjalin lama. “Pada 2006, kami pernah mewakafkan sistem informasi kepada Formes, yang kini menjadi dasar pengembangan layanan digital mereka,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya kesederhanaan dan efisiensi dalam bekerja. “Gedung kami lima lantai, tapi tidak pakai lift. Untuk urusan kerja, kami juga tidak menginap di hotel,” tambahnya.
Paparan manajemen disampaikan oleh Budi Santoso, Sekretaris BMT Tamzis, yang menekankan pentingnya profesionalisme dan amanah. “Baitul Maal dan Baitut Tamwil mengelola dua hal berbeda: profit dan benefit. Banyak BMT bermasalah karena lemahnya manajemen, terutama di sisi aktiva dan pasiva,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya kaderisasi berjenjang agar kesinambungan organisasi terjaga. “Kami membina kader sejak dari kolektor hingga calon pimpinan cabang dengan pelatihan intensif mencakup manajemen risiko, legal, dan akuntansi syariah,” paparnya.
Dalam sesi tanya jawab, Edy Ridwan menjelaskan bahwa BMT Tamzis menerapkan sistem bottom-up dalam pengelolaan keuangan. “Setiap cabang menyusun Rencana Anggaran Belanja dan targetnya sendiri. Kami menerapkan dua sistem penggajian: ujrah (tetap) dan syirkah (berbasis kinerja),” terangnya. Evaluasi kinerja dilakukan dengan sistem KPI kuantitatif dan kualitatif.
Terkait manajemen risiko, Tamzis memandang reputasi tidak hanya soal keuangan, tetapi juga perilaku SDM. “Karyawan yang tidak amanah bisa merusak kepercayaan publik. Karena itu, kami memperkuat sistem hukum dan manajemen sejak awal,” jelasnya. Dalam pendampingan terhadap BMT di daerah lain seperti Maluku, Tamzis fokus pada perbaikan sistem dan kesejahteraan pegawai. “Hasilnya, gaji karyawan meningkat cukup signifikan,” ungkapnya.
Dewan Pengawas Syariah BMT Tamzis menambahkan bahwa penerapan nilai syariah kepada SDM dilakukan secara natural. “Tes baca tulis Al-Qur’an tetap ada, tapi penilaian lebih luas pada amaliyah harian dan perilaku,” ujarnya. Setiap cabang rutin mengadakan kegiatan keagamaan seperti tadarus dan kultum.
Kegiatan studi banding ditutup dengan doa bersama dan dilanjutkan wisata ke Telaga Menjer, Kayangan Sky Land, dan Kebun Teh Panama.
Dari kegiatan ini, peserta mengaku mendapatkan banyak pelajaran berharga, khususnya terkait penguatan sistem manajemen, kaderisasi dan pengelolaan risiko. “BMT Tamzis menjadi contoh nyata bagaimana kesederhanaan, profesionalisme, dan nilai syariah dapat berjalan beriringan,” tutur Abdul Latip, Pengawas Puskopsyah Formes SKD.

